Sentani – Jelang bulan suci Ramadan, dua aksi terorisme terjadi di Indonesia. Bom bunuh diri di depan Katedral Makassar dan penyerangan Mabes Polri. Aksi itu dikutuk keras oleh tokoh lintas agama di Papua.
Hal itulah yang mendasari tokoh lintas agama di Papua berkumpul untuk membahas kondisi terkini pasca dua teror tersebut. Para tokoh lintas agama itu sepakat menolak segala bentuk eksploitasi isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) untuk mencegah terorisme berkembang di Bumi Cenderawasih, khususnya dan di Indonesia secara umum.
Para tokoh lintas agama di Papua ini juga mendesak Pemerintah menindak tegas aliran-aliran agama yang bertentangan dengan nilai Pancasila dan UUD 1945.
“Kami forum kerukunan umat beragama (FKUB) Provinsi Papua, bersama seluruh komponen masyarakat Papua, menyatakan sikap atas tragedi serangan terorisme bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar dan aksi penyerangan di Mabes Polri,” kata para tokoh lintas agama di Sentani, Kabupaten Jayapura, dikutip detikcom dari keterangan tertulis Bidang Humas Polda Papua, Sabtu (3/4/2021).
“Kami mengutuk keras dan mengecam setiap aksi terorisme bom bunuh diri tersebut,” seru para tokoh lintas agama.
Dalam pernyataan sikap juga disebutkan mereka mengimbau dan mengajak seluruh elemen masyarakat di Papua untuk tetap tenang dan mempercayakan sepenuhnya penanganan teroris pada aparat kepolisian. Mereka sepakat turut berpartisipasi merawat kerukunan antaragama untuk mengecilkan ruang bagi paham terorisme berkembang.
“Kami mengajak seluruh komponen masyarakat dan umat beragama di Provinsi Papua untuk menolak segala bentuk eksploitasi isu SARA, intoleransi, radikalisme dan terorisme agar terorisme dan radikalisme tidak berkembang di Indonesia,” ucap mereka.
Dalam acara ini, hadir Wakapolda Papua Brigjen Eko Rudi Sudarto, Komandan Landasan Udara (Lanud) Silas Papare Marsma TNI Budhi Achmadi dan jajarannya. Sementara tokoh agama yang hadir Ketua Forum Kerukunan Umat Beraga (FKUB) Pendeta Lifius Biniluk Ketua MUI Papua Kiai Haji Syaiful Islam Al Payage dan tokoh agama lainnya.
“Ini salah satu implementasi program prioritas Kapolri yang membawa Polri menuju Presisi, yakni transformasi operasional poin 1 tentang pemantapan kinerja pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,” tutur Eko.
Eko kemudian menjelaskan perkembangan penanganan kedua aksi teror, baik di Makassar maupun Jakarta, kepada para tokoh lintas agama. Eko meminta dukungan para tokoh agama untuk membantu Polri memerangi bibit-bibit teroris.
“Saya atas nama pimpinan Polri dan khususnya Polda Papua memohon dukungan dan kerja sama semua tokoh agar sama-sama bisa memerangi bibit-bibit radikalisme,” pinta Eko kepada para tokoh agama.
Sementara Marsma TNI Budhi Achmadi mengakui aparat TNI-Polri membutuhkan bantuan para tokoh agama. Dia mengatakan ajaran Islam di Indonesia bersifat toleransi antarumat.
“Kita semua memerlukan tokoh agama dan masyarakat. Tidak ada satu agama di dunia ini yang ingin di sangkutpautkan dengan tindak kekerasan dan terorisme. Islam asli Indonesia adalah islam yang dapat berkolaborasi dengan umat lain. Mari kita jaga kerukunan Islam yang asli Indonesia karena mulai luntur,” tutup Budhi.