Hari Minggu kemarin (21/10/2012), situs Voice of Al-Islam (VoA Islam) melaunching berita berjudul “Di Ambon Gencar Kampanye Bahaya Terorisme, Bagaimana Bahaya RMS?” yang isinya tak lain dan tak bukan membahas kegiatan bertajuk“Jambore Pelatihan Ketahanan nasional dan Sosialisasi Pencegahan Bahaya Terorisme” dengan tema “Mempertagas Sikap Nasionalisme untuk Maluku Damai Bebas Radikalisme dari Pemuda dan Remaja” yang diselenggarakan pada tanggal 20-22 Oktober 2012 di Gedung Ashari Al-Fatah Jl. Sultan Baabullah, kota Ambon.
Ada hal menarik dalam berita itu, antara lain pernyataan salah seorang pengusaha di Ambon bernama Nasir yang menyatakan, “Ini upaya untuk menaikkan status Ambon dalam bahaya terorisme, agar masyarakat lupa dengan bahaya RMS”.
Ada lagi pernyataan nara sumber bernama Subhan yang merupakan salah satu aktifis dakwah di Ambon. “Petinggi muslim di Maluku lah yang diperbudak oleh jabatan sampai agama mereka sendiri diinjak-injak. Peristiwa 1999 dilupakan, peristiwa RMS cuma simbol, tetapi kalau kaum muslimin membela diri, itu dikatakan terorisme,” demikian diungkapkan Subhan.
Dari kedua pernyataan tersebut, jelas sudah bahwa warga muslim Ambon sudah muak dengan kampanye yang menempatkan teroris sebagai ancaman berbahaya di Maluku, sebab selama lebih dari 10 tahun terakhir ini, yang dirasakan oleh warga muslim Ambon adalah, yang menjadi ancaman dan pemicu konflik di Maluku sebenarnya adalah RMS.
sumber: kompasiana