Bekasi – Dekadensi moral bangsa saat ini sungguh sangat memprihatinkan, terjadi di semua lapisan masyarakat baik rakyat jelata sampai penguasa.
Di tengah semakin tingginya angka kemiskinan dan kebodohan, tingkat kriminalitas juga terus meningkat, seperti demo anarkis, penyalahgunaan narkoba, mafia hukum, terorisme, korupsi dan lainnya.
Apakah agama mengajarkan terorisme dan anarkhisme? Apakah Pancasila penyebab kebodohan dan kemiskinan? Apakah budi pekerti menghalalkan korupsi dan tawuran?
Jika tidak, lantas mengapa di negeri yang agamis dengan dasar Pancasila ini dekadensi moral dan kenakalan remaja semakin parah?
Para pengamat memberikan ide dan para pejabat pemerintah menyelesaikan masalah dengan cara-cara lama dan tidak menyelesaikan akar masalah.
Ketika terjadi tawuran antar pelajar, mahasiswa, masyarakat, agama selalu menggunakan cara mengumpulkan tokoh-tokoh, kemudian melakukan deklarasi. Hasilnya tawuran lagi.
Sungguh aneh, yang tawuran siapa yang berdamai siapa. Akibatnya terjadi kasus yang berulang seperti kasus konflik horizontal yang disertai tindak anarkhisme dan kriminalisme.
Termasuk upaya yang dilakukan Menteri Pendidikan Nasional M. Nuh yang mencoba menyelesaikan masalah tawuran SMA 70 dan SMA 6 dengan aksi damai dan deklarasi dengan melibatkan tokoh agama, pendidik, masyarakat, dan para pelajar itu sendiri.
Setelah deklarasi, M Nuh dengan meyakinkan tidak akan terjadi tawuran pelajar lagi. Eh, besoknya terjadi tawuran lagi dan memakan korban jiwa lagi.
Setelah 7 tahun kami memberikan pelatihan motivasi kepada masyarakat, kami memiliki kesimpulan Indonesia tidak memiliki pendidikan mindset.
Tanpa pendidikan mindset, Indonesia dalam bahaya. Mindset erat kaitannya dengan pikiran/otak. Dengan memahami mindset (cara berpikir), kita bukan hanya bisa mengubah mindset bangsa, tapi akan mampu mengantarkan masyarakat dan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang cerdas, mandiri, sejahtera, dan berbudi luhur.
Pendidikan mindset bukan dogma tetapi menjelaskan tentang cara kerja otak dan pikiran ketika kita melihat atau mendengar informasi salah atau benar.
Dengan menjelaskan cara kerja otak dan pikiran manusia bisa proses terjadinya tindakan, kebiasaan, perilaku dan nasib seseorang.
Tidak adanya pelajaran mindset akan membuat kita tidak memahami bagaimana orang baik-baik bisa melakukan tindak kriminal seperti teroris, anarkhis, menganiaya dan membunuh.
Jika pelajaran tentang mindset ini dapat kita pelajari sedini mungkin kita bisa memperbaiki mindset diri kita, keluarga kita dan rekan sebangsa sedini mungkin. Tidak saja itu, kita akan mampu memberdayakan 90% pikiran manusia yang masih tertidur.
Saya dapat membuktikan bahwa pelajaran mindset akan bisa menyelesaikan banyak permasalahan bangsa.
Selama pendidikan mindset ini tidak ada, maka siapa pun pemerintah di negeri ini akan pusing sendiri menghadapi rakyatnya. Bukan saja itu, Indonesia terancam dalam kondisi bahaya.
Dengan missi Indonesian Dream (menciptakan masyarakat yang cerdas, mandiri, sejahtera, dan berbudi luhur), kami telah mengujicobakan pelajaran-pelajaran mindset ini kepada masyarakat, para pelajar/mahasiswa, pendidik, kalangan agamawan.
Hasilnya mereka ingin pelajaran perubahan mindset ini bisa diajarkan ke sekolah, rumah ibadah, masyarakat, termasuk kepada para buruh/karaywan agar kita dapat mengendalikan pikiran kita untuk hal-hal yang benar dan positif.
Keinginan itu telah kami teruskan dengan mengirimkan permohonan presentasi kepada presiden, anggota DPR, sebagian besar menteri negara (Khususnya Mendiknas, Menaker, Menpora), pimpinan Parpol, Ormas, Kapolri, dan seluruh Kapolda serta Gubernur di Sumatra, Jawa, dan Kalimantan.
Saya sangat menyayangkan, Kementerian Pendidikan Nasional yang seharusnya bisa mengakomodasi pelatihan ini 5 kali selama 5 tahun menolak kami untuk presentasi dengan alasan sibuk.
Perhatikan apa yang diucapkan para pejabat dan para pengamat, seluruhnya bicara letak permasalahan keterpurukan bangsa ini ada pada ‘mindset’. Bahkan SBY dalam pidato kenegaraannya tahun 2010 juga mengatakan bahwa bangsa ini tidak akan bisa melakukan transformasi besar tanpa perubahan mindset.
Persoalannya bagaimana kita bisa mengubah mindset kalau kita tidak mengajarkan makanan apa mindset itu? Keliru kalau mengartikan pendidikan mindset itu adalah pelajaran agama atau Pancasila. Agama adalah pelajaran akidah bukan mindset, Pancasila adalah ideologi bukan mindset. Lalu di mana pendidikan mindset kita? Tidak ada.
Perbaikan mindset bangsa selain tanggung jawab pemerintah juga tanggung jawab masyarakat dan dunia usaha. Demonstrasi yang merugikan perusahaan saat ini juga adalah akibat ketidakpedulian banyaik perusahaan pada perbaikan mindset pada buruhnya.
Melalui surat ini kami berharap, siapa pun yang masih perduli dengan perbaikan mindset bangsa dan tercapainya ‘Indonesian Dream’ untuk menyebarluaskan pelatihan mindset ini di lingkungan Anda.
Saya bersedia membagikan ilmu ini untuk disebarluaskan di seluruh Indonesia, terutama untuk membantu mindset masyarakat bawah, kaum miskin dan termarjinalkan di Indonesia.
Kita memang tidak bisa banyak berharap pada pemerintah, tapi mari kita berpikir apa yang bisa kita berikan kepada negara di masa kehidupan kita di dunia ini.
Sumber: detik news