Sulu – Setelah pasangan suami istri Warga Negara Indonesia (WNI) diklaim sebagai pengebom Katedral Jolo, giliran seorang WNI dikabarkan tewas dalam baku tembak dengan tentara Filipina dengan kelompok Abu Sayyaf di Patikul, Sulu, Sabtu (2/2/2019).
Manila Times melaporkan, baku tembak tersebut melibatkan sekitar 150 anggota kelompok Abu Sayyaf melawan Batalion Ranger kelima yang merupakan bagian Pasukan Gabungan Sulu di Sitio Sungkog, Barangay Kabbon Takas, Patikul, Sulu.
Juru Bicara Pasukan Gabungan Sulu, Letkol Gerald Monfort, mengatakan, pihaknya masih berupaya menyelidiki asal negara anggota Abu Sayyaf yang terbunuh itu.
“Seseorang yang diidentifikasikan sebagai Abu Black di antara teroris yang tewas. Kami belum mengetahui kewarganegaraannya,” kata Monfort dalam jumpa pers, Minggu (3/2.2019), dikutip dari laman republika.co.id.
Ia menuturkan, dua anggota Abu Sayyaf juga tewas dalam konflik senjata yang berlangsung selama satu jam sementara 13 lainnya terluka. Pertempuran sengit di dekat markas kelompok bersenjata yang terletak di pegunungan itu juga merengut nyawa lima pasukan militer Filipina dan melukai lima lainnya.
Baca juga : Filipina Klaim WNI Pengebom Katedral Jolo, Menlu: Belum Pasti
Monfort mengatakan, kelompok yang terlibat konflik dengan militer dipimpin Hatib Hajan Awadjaan. Ia diduga terlibat dalam pengeboman di Katedral Our Lady of Mount Carmel di Jolo, Sulu. Sedikitnya 22 warga beserta sejumlah aparat keamanan meninggal dunia akibat serangan itu dan ratusan lainnya terluka.
Presiden Rodrigo Duterte kemudian memerintahkan penyerangan besar-besaran untuk menghabisi kelompok Abu Sayyaf selepas serangan ke katedral tersebut. Pertempuran mulai meningkat sejak pasukan Filipina berupaya merebut dataran tinggi.
Pengungkapan kewarganegaraan anggota kelompok Abu Sayyaf yang tewas dalam pertempuran bakal jadi salah satu kunci mengungkap pengeboman. Pasalnya, pada Jumat (1/2/2019), Menteri Dalam Negeri Dilipina Eduardo Año menyatakan bahwa dua pengebom dari Indonesia terlibat dalam penyerangan katedral di Jolo.
Manila Times mengutip sumber-sumber anonim intelijen Filipina melansir, sepasang suami-istri itu melancarkan serangan setelah sebelumnya berhubungan dengan kelompok yang dipimpin Sawadjaan. Kontak dilakukan melaui subkelompok Ajang-Ajang yang melakukan aksi penculikan dan terorisme atas nama kelompok Abu Sayyaf.
Menurut saksi mata, perempuan tersebut membawa tas berisi bom dan menempatkannya di salah satu bangku jamaah di katedral. Perempuan itu kemudian meledakkan bom dari kejauhan. Sumber intelijen juga mengungkapkan, ledakan selanjutnya diyakini merupakan bom bunuh diri. Bom diledakkan pelaku pria saat tas masih dipunggungnya.