10 Juni tahun lalu, sebuah mobil jenis pick up melaju kencang menuju pos-pos penjagaan militer yang berdiri mentereng di kawasan perbukitan kota Mosul, sebuah kota terbesar kedua di Irak. Orang-orang yang ada di atas mobil semuanya berpakaian serba hitam. Tanpa permisi apalagi obrolan basa-basi, mereka langsung mengeluarkan senapan jenis Kalashnikov dan ‘membagikan’ pelurunya secara cuma-cuma untuk menghabisi para tentara yang saat itu sedang berjaga.
Darah bercucuran dimana-dimana, menyisakan ketakutan luar biasa pada para tentara yang masih bernyawa. Mereka kemudian dipaksa menyerah, diminta melepaskan seragam, dan kemudian dibiarkan pergi.
Selain karena alasan kalah telak akibat diserang secara mendadak, para tentara juga mengaku bahwa mereka sudah kehilangan kesetiaan kepada pemerintahan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Nouri al-Maliki, karenanya mereka memilih untuk pergi. Tidak lama setelah kejadian itu, banyak tentara yang meninggalkan pos-pos keamanan yang tersebar di kota Mosul, dimana parade panjang aksi kekerasan dan kekejaman akan segera menyusul.
Peristiwa ini adalah babak pertama dalam bab perkenalan yang dilakukan oleh kelompok militan teroris yang kini lebih dikenal dengan nama ISIS. Mereka menyisir pergerakan dari Suriah menuju Irak, dan terus menyebar luas ke banyak daerah di penjuru dunia.
Tiga pekan setelah aksi penyerangan pos keamanan di atas (19 juni 2014), ISIS membuka panggung resmi untuk secara formal memperkenalkan diri sekaligus mendeklarasikan pendirian negara khilafah di Suriah dan Irak. Mereka juga memperkenalkan pimpinan tertinggi mereka, Abu Bakar al-Baghdadi, yang akan mengemban tugas memerangi siapa saja yang menghalangi jalannya.
Pola kerja yang selalu keras dan brutal membuat kelompok ini begitu cepat terkenal, mereka menebar ketakutan dengan tumpukan ancaman kematian yang mereka sebar begitu saja tanpa perlu berwacana. Mereka juga berhasil menarik simpati para milisi Taliban dan kelompok Boko Haram untuk semakin gencar berlaku onar.
Beberapa ‘program kerja’ yang mereka lakukan selama setahun ini begitu mengoyak jiwa kemanusiaan dan kewarasan kita semua; mereka memenggal kepala para tawanan, membakar hidup-hidup pilot berkebangsaan Yordania, menculik dan memperbudak perempuan dari kelompok minoritas, membantai orang-orang yang mereka anggap salah, seperti kelompok Syiah, non muslim, tidak lupa, mereka juga menjatuhkan beberapa pria yang mereka anggap menyukai sesama jenis dari atap gedung secara sadis.
Berdasarkan laporan yang dirilis oleh Lembaga IHS Jane’s Terrorism and Insurgency Center yang bermarkas di Amerika, dalam kurun waktu satu tahun ini ISIS telah melakukan 3.095 serangan dan menewaskan sekitar 6.546 orang. Organisasi HAM di Irak melaporkan bahwa organisasi brutal ini telah membantai lebih dari 3000 warga yang ada di Suriah hanya dalam kurun waktu setahun. Sekitar 1.800 an orang yang dieksekusi adalah warga sipil dan 74 orang diantaranya adalah anak-anak.
Kelompok ini sempat terlihat begitu kuat, hingga berbagai upaya penghancuran yang dilakukan oleh banyak pihak, termasuk Amerika dan sejumlah negara sekutu dengan memberlakukan operasi militer nyatanya tidak juga membuat ISIS keder. Mereka juga sempat mendapat banyak dukungan dari banyak pihak, sehingga berbagai serangan yang datang dapat mereka tangkis dengan cepat.
Ada dua hal yang memberikan kontribusi paling besar dalam menaikkan popularitas mereka, yakni media dan dukungan sebagian kelompok Sunni yang kecewa dengan dominasi berlebihan kelompok Syiah di pemerintahan. Melalui media, mereka mengelola secara serius sebuah media bernama Al Itisam, dimana mereka menyebar berbagai propaganda dan hasutan ke seantero dunia agar banyak orang yang percaya bahwa mereka benar-benar sedang menjalankan perintah tuhan.
Namun sayang, belakangan ini kekuatan ISIS mengalami kemunduran drastis. Anggota ISIS juga sudah banyak yang lari tungang langgang akibat berjibunnya serangan yang meluluhlantakkan pos-pos mereka. Tulisan dan video propaganda dengan muatan hasutan kebencian yang mereka sebar juga sudah tidak begitu ampuh lagi dalam membohongi masyarakat luas. Maka, seperti kata pepatah bahwa badai pasti berlalu, kesombongan dan kebrutalan ISIS pun akan segera layu. Kita semua percaya bahwa kebenaran tidak bisa dihanguskan oleh keburukan. Gusti mboten sare!