Kabul – Sebanyak empat orang meninggal dunia dan 93 lainnya luka-luka akibat ledakan bom mobil yang terjadi ibukota Afghanistan, Kabul pada Senin (14/1) waktu setempat.
Ledakan mobil yang penuh bahan peledak itu terjadi sore hari saat lalu lintas tengah padat. Kompleks yang menjadi TKP dihuni oleh para staf kedutaan dan PBB dan merupakan kompleks dengan penjagaan ketat serta dikelilingi dinding, namun banyak bangunan di sana yang kosong.
“Rumah-rumah yang ada di sekitarnya mengalami kerusakan parah,” kata sumber dari Kedutaan Denmark, dikutip dari Channel News Asia, Selasa (15/1).
“Satuan pasukan polisi khusus telah dikerahkan ke lokasi untuk memeriksa apakah ada penyerang yang akan datang lagi,” tambah sumber itu.
Ledakan itu terjadi ketika utusan perdamaian AS Zalmay Khalilzad mengunjungi kawasan itu untuk pertemuan lebih lanjut yang bertujuan mengakhiri perang di Afghanistan. Khalilzad yang bertemu dengan perwakilan Taliban bulan lalu di Abu Dhabi, saat ini tengah melakukan perjalanan ke Afghanistan, China, India, dan Pakistan hingga 21 Januari.
Baca juga : Irak Hancurkan Gedung Yang Dijadikan Tempat Eksekusi Oleh ISIS
Kelompok militan Taliban telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.
Rencana Donald Trump untuk menarik pasukan Amerika Serikat dari Timur Tengah, salah satunya Afghanistan, menimbulkan kekhawatiran di kalangan rakyat Afghanistan. Mereka takut Taliban kembali menguat dan berkuasa pasca kepergian Amerika Serikat.
Telah banyak upaya yang dilakukan agar Taliban bersedia menggelar pembicaraan, namun kelompok ekstremis tersebut menolak dengan alasan bahwa pemerintah resmi adalah boneka Amerika Serikat.
Saat ini penasihat keamanan Afghanistan Hamdullah Mohib sedang mengadakan perjalanan untuk melakukan pembicaraan dengan negara-negara besar, termasuk China.