Sydney – Indeks Terorisme Global 2018 yang diterbitkan Institut Ekonomi dan Perdamaian melansir data kematian akibat terorisme di seluruh dunia menurun 27% sepanjang tahun 2017.
Dikutip dari CNN, Rabu (5/12), sebanyak 93 dari 163 negara yang dipantau perkembangan indeksnya mengalami kemajuan, sementara sisanya menurun.
Kemudian sebanyak 74 negara menghadapi jumlah satu kematian akibat aksi teror, menurun dari rekor tertinggi pada 2016 yaitu 79 negara. Selain itu, ada penurunan tajam sebesar 52% atas kematian akibat serangan teroris yang dikaitkan dengan Kelompok teroris Islamic State (ISIS).
Jumlah korban tewas di dua negara tersebut turun drastis, menyusul ISIS yang terus kehilangan wilayah kekuasaan. Meski demikian, kedua negara tetap berada di posisi 10 besar yang paling terkena dampak terorisme, bersama dengan Afghanistan, Nigeria, Somalia, Pakistan, Mesir, Kongo, Republik Afrika Tengah, dan India.
Baca juga : Dukung ISIS, Tentara AS Dihukum 25 Tahun Penjara
Laporan itu juga masih menempatkan ISIS sebagai kelompok teroris paling mematikan secara global pada 2017. Sementara kematian akibat terorisme di Eropa menurun 75 persen pada tahun lalu.
“Peningkatan pendanaan anti-terorisme, dikombinasikan dengan pengawasan yang lebih baik, berkontribusi terhadap pengurangan tajam kematian di Eropa akibat terorisme,” kata ketua eksekutif Institut Ekonomi dan Perdamaian, Steve Killelea.
Kenaikan korban tewas akibat terorisme tercatat di Somalia dan Mesir. Seperti diketahui, bom truk di luar hotel di Somalia menewaskan 587 korban pada 2018.
Di sisi lain, laporan itu juga menjelaskan bahwa terorisme sayap kanan sedang meningkat di Eropa Barat dan Amerika Serikat.
“Dalam empat tahun antara 2013-2017, ada 66 kematian dan 127 serangan terjadi di Eropa Barat dan Amerika Utara oleh kelompok dan individu sayap kanan,” demikian tertulis dalam laporan tersebut.