WE Online, Serang – Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Banten Rano Karno mengajak para ulama dan kiai serta semua elemen masyarakat Banten untuk mengantisipasi keberadaan dan pengaruh paham “Islamic State Of Iraq and Syria” atau ISIS.
“Kita yakin bahwa ISIS memiliki sedikit dukungan di Indonesia, tetapi risiko besar apabila kita meremehkan ancaman perekrutannya. Apalagi pengalaman terakhir dari radikalisasi ISIS muncul di seluruh dunia, menunjukan bahwa Indonesia akan menghadapi tantangan yang lebih besar lagi dari sebelumnya,” kata Rano Karno dalam silaturahmi bersama ratusan ulama, kiai, tokoh dan elemen masyarakat di Pendopo Gubernur Banten di Serang, Kamis (16/4/2015).
Hadir dalam pertemuan tersebut, Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan (Kabaharkam) Polri Komjen Pol Putut Eko Bayu Seno bersama tokoh NU KH Hasyim Muzadi. Menurut Rano, gerakan ISIS telah menjadi perhatian dunia dan merupakan ancaman keamanan yang paling serius sejak tahun 2013. Kelompok tersebut telah dinyatakan sebagai organisasi teror oleh negara-negara Arab dan PBB.
“Sepak terjang ISIS yang mempertontonkan kekejaman telah menuai kecaman dari masyarakat seluruh dunia. ISIS merupakan musuh global yang memanfaatkan jaringan sosial untuk menarget mangsanya”,” kata Rano.
Beberapa hari lalu, kata dia, sebanyak 53 ormas dan ponpes yang tergabung dalam front masyarakat Banten anti-ISIS telah menyatakan sikap menolak ISIS. Hal itu membuktikan bahwa masyarakat Banten memberikan dukungan kepada pemerintah dan aparat keamanan untuk bertindak cepat dan tegas mencegah berkembangnya ISIS di Tanah Air khususnya di Banten.
“Banten memiliki posisi sangat strategis sebagai penyangga ibu kota yang mudah diakses baik dari jalur darat, laut dan udara. Ini dikhawatirkan dapat berpotensi dijadikan basis oleh kelompok ISIS untuk mengembangkan jaringannya. Ini terbukti pada tahun lalu ISIS mendeklarasikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang lokasinya berada di wilayah Kota Tangsel dan disusul penangkapan anggota ISIS di beberpa tempat di Tangsel,” kata Rano.
Plt Gubernur Banten juga mengajak seluruh element masyarakat Banten untuk meningkatkan kewaspadaan serta melawan dan mencegah paham atau gerakan ISIS masuk ke wilayah Banten. Sementara terkait titik rawan penyebaran ISIS di Banten, Kabarhakam Polri Komjen Pol Putut Eko Bayu Seno mengatakan, sejauh ini Banten masih aman dan belum ada indikasi penyebaran paham ISIS.
Meski demikian, pihaknya terus mewaspadai dengan melakukan kegiatan-kegiatan sosialisasi anti-ISIS di setiap kegiatan masyarakat. Ia juga menegaskan akan merangkul seluruh elemen masyarakat untuk menangkal faham radikalisme dan ISIS di kalangan masyarakat, di antaranya melalui babinkamtibmas.
“Kami terus berupaya menangkal dengan melibatkan tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh pesantren, ormas-ormas keagamaan. Kita melakukan komunikasi intensif, untuk bagaimana berupaya bersama menangkal paham-paham yang bertentangan itu,” kata mantan Kapolda Banten itu.
Sementara anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) KH Hasyim Muzadi membeberkan beberapa kendala yang dialami pemerintah terkait penanggulangan gerakan radikalisme termasuk ISIS yang sudah menjadi ancaman. Kendala dan kesulitannya adalah soal kewaspadaan nasional yang butuh koordinasi yang baik serta regulasi yang jelas.
“Penangkalan terorisme dan radikalisme baru pada hilir bukan pada hulu. Hulunya sama sekali tidak tersentuh sehingga harus bersama ulama. Tugas untuk menangkal dan menangani radikalisme tidak hanya tugas dari Kepolisian Republik Indonesia (Polri), namun juga tugas dari para ulama dan umaro yang ada di Indonesia,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan ikrar ulama dan tokoh masyarakat se-Banten dalam rangka menolak paham dan gerakan ISIS. Ikrar dilakukan dengan pembubuhan tanda tangan oleh sejumlah tokoh masyarakat, kiai, alim ulama, tokoh pemuda, dan perwakilan masyarakat Provinsi Banten.
“Dengan kesepakatan ini, kami menolak paham radikal karena jelas bertentangan dengan nilai luhur Pancasila. Maka, mari kita cegah bersama-sama,”kata Zakaria Syafei salah seorang pengurus MUI Banten Zakaria Syafei. (Ant)
Editor: Achmad Fauzi
sumber : warta ekonomi