Jakarta – Penyebaran paham radikal terorisme selama ini sudah masuk ke berbagai lapisan masyarakat, baik di lingkungan keluarga dan bahkan jajaran aparat oemerintah pun juga tak luput dari target penyebaran paham radikal terorisme. Guna memperkuat daya tangkal penyebaran paham radikal terorisme di lingkungan aparat pertahanan negara, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH, memberikan pembekalan mengenai Bahaya Paham Radikalisme Terorisme dan Upaya Pencegahannya di lingkungan prajuit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI-AD pada Selasa (5/3/2019)
Pembekalan mengenai upaya Pencegahan Paham Radikalisme Terorisme yang diberikan Kepala BNPT ini mendapatkan respon positif dari prajurit Kopassus. Karena pembekalan yang diberikan Kepala BNPT ini bukan hanya sekedar upaya penanggulangan terorisme yang dilakukan aparat TNI semata, tetapi juga bagaimana prajurit Kopassus juga bisa memberikan upaya pencegahan terhadap keluarganya agar terhidar dari penyebaran paham radikal terorisme.
Komandan Grup 1/Parako Kopassus, Kolonel Inf. Lucky Avianto mengaku sangat bersyukur sekali dirinya bersama para prajurit Kopassus bisa mendapatkan penjelasan secara langsung dari kepala BNPT secara gamblang yang memberikan gambaran tentang ancaman terorisme, yang mana ancaman tersebut sudah sangat dekat dengan kehidupan di sekitar kita
“Dari paparan Kepala BNPT tadi saya mendapatkan beberapa pelajaran untuk mengingatkan keluarga saya sendiri termasuk lingkungan di sekitar asrama di Grup 1 Kopassus, kepada anggota anggota dan keluarganya untuk aware dan peduli dalam rangka mencegah masuknya paham-paham radikal terorisme di seputaran kita,” ujar Kolonel Inf. Lucky Avianto usai menerima pembekalan tersebut di Balai Komando, komplek makopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Selasa (5/3/2019).
Dikatakan lulusan terbaik Akmil tahun 1996 yang juga peraih Adhi Makayasa ini, dengan maraknya penyebaran paham radikal, berita hoax dan ujaran kebencian melalui media sosial, maka pihaknya juga akan memberikan wejangan kepada jajarannya untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Dimana dirinya meminta kepada jajarannya untuk tidak menyebarkan berita-berita yang belun jelas sumbernya.
“Sekarang untuk mengetahui dunia kita tidak harus pergi jauh-jauh, sudah datang dengan sendirinya tanpa diundang mereka sudah masuk langsung ke jantung pertahanan dari keluarga dan prajurit-prajurit kita. Dan ini saya akan menyampaikan kepada seluruh prajurit termasuk keluarga saya bahwa perlunya kebijakan, perlunya filter, filter dari diri pribadi, kemudian untuk tidak percaya lebih awal, kemudian untuk tidak men share berita-berita yang belum diakui kebenarannya, cukup sampai di situ tidak usah di sebarkan lagi dan delete,” ujar mantan Komandan Yonif Raider 400/banteng Radier dan Komandan Yonif Raider 500/Sikatan ini.
Mantan Komandan Satgas Indobatt Garuda XXIII/G-UNIFIL ini berharap semua kepada pihak baik pemerintah bersama unsur TNI dan masyarakat bisa sama-sama bersinergi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan terorisme.
“Terorisme ini merupakan bahaya yang mengancam Indonesia dan dunia. Dan tentunya untuk mengatasi terorisme tidak bisa sendirian. Tidak ada Superman, yang ada adalah Super Team. Tentunya diperlukan sinergitas dari segenap komponen masyarakat, pemerintah, juga TNI-Polri untuk menanggulangi terorisme di bawah leading sectornya BNPT,” ujar mantan Asisten Operasi Danjen Kopassus ini mengakhiri.
Apresiasi yang sama juga disampaikan Komandan Satuan 81 Kopassus, Kolonel Inf. Yudha Airlangga, dimana dirinya mengatakan bahwa apa yang telah disampaikan Kepala BNPT kepada jajaran prajurit Kopassus adalah self awareness atau kewaspadaan bagi diri sendiri.
“Karena ini sebagai bekal kami untuk melaksanakan tugas-tugas terutama bagi satuan kami, Satuan 81 Kopassus yang tentunya salah satu tugas pokoknya adalah penanggulangan teror. Dimana paparan dari Kepala BNPT tadi tentunya untuk menambah wawasan kami untuk mengetahui siapa musuh kami ke depan dan bagaimana caranya untuk mengatasi baik dengan teknik soft approach dan hard approach,” ujar Kolonel Inf. Yudha Airlangga.
Senada dengan Kolonel Lucky, alumni Akmil tahun 1997 yang juga pernah menjabat sebagai Komandan Sekolah Komando Pusdik Passus ini mengatakan dengan adanya pencerahan dari Kepala BNPT bahwa penyebaran paham radikal terorisme yang juga menyasar kepada kalangan anak-anak maka hal tersebut juga menyadarkan bagi semua pihak bahwa bahaya penyebaran paham terorisme atau radikalisme ini tidak bisa dianggap sepele
“Tentunya ini memberikan bekal bagi kita semua bahwa bahaya tersebut dapat mengancam keluarga kita atau keluarga dari asal kita berada sehingga salah satu fungsi TNI adalah menangkal terorisme itu bisa jadi bahan untuk sosialisasi pada lingkungan keluarga maupun pada lingkungan di mana kami berada saat kita sedang pulang dan sebagainya bisa diberikan pemahaman-pemahaman pada lingkungan baik lingkungan keluarga maupun masyarakat setempat,” katan mantan Komandan Batalyon 811/Aksi Khusus Satuan 81 Kopassus ini.
Untuk itu dirinya mengatakan bahwa di era globalisasi ini suatu masalah itu tidak bisa dihadapi dengan sendiri-sendiri atau egosentris. Suatu masalah menurutnya harus dilaksanakan dengan diselesaikan dengan cara kerja sama. Dan untuk menghasilkan suatu hal yang lebih positif atau lebih unggul adalah dengan sinergitas.
“Tentumya kami berharap adanya sinergitas antara BNPT dengan TNI khususnya Kopassus untuk dapat melibatkan kami baik dari tahap pencegahan, penindakan maupun rehabilitasi sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Dan kami siap untuk mendukung tugas tersebut,” ujar perwira yang saat tergabung dalam Satgas Indobatt Garuda XXIII-A/UNIFIL ini pernah membebaskan seorang bocah yang ditangkap oleh pasukan Israel.ini mengakhiri.