Banjarmasin – Dalam menangani hulu masalah radikal terorisme tentunya diperlukan pendekatan secara holistik. Karena radikal terorisme ini sudah mengancam eksistensi bangsa dan negara baik itu politik, sosial, budaya dan kamtibmas, Dimana paham ini mengancam empat konsensus nasional.
Karena belum ada regulasi yang mengaturnya maka perlu memberikan proteksi kepada masyarakat dan kontra propaganda atas sebaran adu domba dan provokasi. Salah satunya yakni dengan menebarkan pesan perdamaian melalui Duta Damai Dunia Maya yang mana diisi oleh para generasi muda pegiat dunia maya
Hal tersebut dikatakan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisne (BNPT), Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid, dalam sambutannya melalui video conference pada acara pengukuhan Regenerasi Duta Damai Dunia Maya BNPT Regional Kalimantan Selatan yang berlangsung di Rattan Inn Hotel, Banjarmasin, Kamis (8/10/2020) siang.
“Apa yang kalian lakukan adalah sesuatu yang sangat penting dan strategis. Ini merupakan jihad fisabilillah, jihad di jalan Tuhan karena menyampaikan visi Tuhan menyebarkan kedamaian di muka bumi,” ujar Brigjen Pol Ahmad Nurwakhid..
Lebih lanjut Dir Cegah menjelaskan, fakta telah menujukan bahwa radikal terorisme telah memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk melakukan radikalisasi melalui dunia maya. Dan inilah yang kemudian muncul lahirnya cyber terrorism.
“Tentunya tidak ada jalan lain dengan kontra radikalisasi penggunaan dunia maya secara luas dengan melibatkan generasi muda melalui duta damai,” ujarnya.
Dikatakannya, sasaran dalam memberikan proteksi /atau kontra radikalisasi terhadap paham radikal terorisme tersebut adalah masyarakat luas khususnya generasi muda. Maka duta damai dunia maya pun harus bisa memberikan warna tersendiri dalam menebarkan pesan-pesan perdamian melalui duni maya yang tentunya bisa dipahami para generasi sebayanya.
“Saya berpesan kepada adik-adik untuk selalu menempilkan produk yang inovatif yang sikiranya para generasi muda itu bisa mencerna dan tertarik terhadap pesan-pesan yang disampaikan tersebut,” kata alumni Akpol tahun 1989 ini.
Bahkan menurutnya, para kaum radikalis ini selalu mengatasnamakan agama. Radikal terorisme ini selalu mendikotomi antara agama dan negara dan bahkan dibandingkan antara Pancasila dengan Al Quran. Dan bahkan kita sering mendengar ada ustad atau penceramah yang mempolitisasi atau memanipulasi dan bahkan melakukan brainwash umatnya yang tidak paham.
Misalnya mereka membandingkan seperti bagus mana antara Al Quran dengan Pancasila?, bagus mana Pemerintahan Islam dengan Pemerintahan Indonesia?, bagus mana sistem Republik dengan sistem Khilafah yang dulu dijalankan dengan para sahabat nabi ?. Kelompok radijkal terorisme tersebut akan menggirisng seperti itu sehingga akan menyesatkan pemahaman kepada umatnya.
“Perlu adik-adik ketahui bahwa yang namanya Pancasila oleh para pendahulu bangsa kita ini dulu telah digali dari nilai-nilai agama dan budaya. Sehingga ketika ada yang medikotomi dengan mempertentangkan agama dengan Pancasila atau Pancasila dengan Al Quran tentunya hal itu tidak apple to apple. Itu tidak bisa dibandingkan karena tidak proposional untuk dibandingkan,” ujarnya
Hal inilah yang sering dilakukan kelompok radikal terorisme untuk menyebarkan paham-pahamnya, terutama terhadap para generasi muda yang tidak memahami agama secara utuh maupun kurag memiliki wawasan kebangsaan. Hal ini dikarenakan generasi muda cenderung masih labil dan rentan sehingga mudah untuk dimasuki paham tersebut.
“Karena generasi muda ini masih memiliki semangat yang tinggi, tetapi pengalaman dan pengetahuannya masih sedikit, sehingga mudah dimasuki. Oleh karena itu harus ada semacam imunisasi ideologi dan akhlak kebangsaan untuk anak muda agar terhindar dari paham-paham ini.,” ungkapnya.
Oleh karena itulah satu upaya imunisasi ideologi pada generasi muda adalah dengan memanfaatkan anak-anak muda itu sendiri melalui Duta Damai Dunia Maya itu, sehingga pesan-pesan dan narasi yang disebarkan pun lebih didengar oleh generasi sebayanya.
“Imunisasi ideologi ini bisa dengan berbagai metode. Tidak hanya dengan doktrin, tetapi anak-anak muda saya rasa punya cara yang lain, cara yang asyik, yang lebih diterima oleh anak-anak muda sebayanaya,” ungkapnya.
Selain itu mantan Kapolres Gianyar ini juga meminta kepada para anggota duta damai untuk tidak meninggalkan kearifan local yang ada di daerahnya. Karena kearifan lokal ini tentunya menjadi sebuah kekuatan yang ampuh dalam menagkal penyebaran paham radikal terorisme tersebut.
“Kearifan lokal kita itu harus di eksplore secara maksimal karena itu adalah kekuatan kita kedepan. Kearifan lokal ini tidak dimiliki negara di Timur Tengah. Ini yang ingin dihancurkan dan dileburkan oleh kelompok radikal terorisme itu. Karena Indonesia ini adalah sepotong tanah dari Surga dan harus dijaga,” ujarnya mengakhiri.
Dalam acara pengukuhan yang dihadiri perwakilan dari Gubernur Kalsel, Kepala Kesbangpol, Dispora, perwakilan dari Korem 101/Antasari dan juga Polda Kalsel ini Kasubdit Kontra propaganda BNPT, Kolonel Pas. Drs Sujatmiko meminta stakeholder terkait dapat mengajak para duta damai dunia maya ini untuk turut ikut berperan serta dalam kegiatan yang melibatkan masyarakat yang ada di kalsel ini
“Karena para anggota duta damai yang telah dikukuhkan ini akan berperan sebagai relawan penggerak perdamaian sekaligus mitra strategis dalam program pencegahan paham radikal terorisme khususnya kepada generasi muda melalui kegiatan online maupun offline yang disesuaikan dengan karakteristik atau kearifan lokal di daerah kelompok duta damai tersebut berada,” ujar Kolonel Pas Sujatmiko.
Untuk itu mantan Komandan Batalyon Komando 466/Pasopati Paskhas ini berharap kepada para anggota duta damai yang telah mengikuti pelatihan ini untuk semakin bersemangat dalam menjalankan perannya sebagai mitra strategis BNPT..
“Adik-adik duta damai jangan lelah untuk terus beraksi dalam menyebarkan pesan-pesan perdamaian khususnya di wilayah Kamliamntan Selatan ini. Kita harus terus gelorakan narasi perdamaian yang mana tentunya budaya lokal yang ada di Kalsel ini bisa terus kita gelorakan agar masyarakatnay juga terhindar dari perpecahan,” ujar mantan Kadisops Lanud Sam Ratulangi Manado ini.
Dalam laporan awalnya Kasubdit Kontra propaganda menjelaskan bahwa acara pelatihan regenerasi Duta Damai Dunia Maya regional Kalsel ini diikuti sebanyak 50 peserta yang terdiri dari berbagai keahlian sesuai bidangnya.
“Dimana 29 orang diantaranya peserta didik baru yang terbagi menjadi sesuai keahlian di bidangnya yaitu penulis / blogger, DKV (design komunikasi visual dan keahlian bidang IT,” ujarnya.
Lebih lanjut alumni Sepa PK tahun 1995 ini mengatakan bahwa untuk dapat mengikuti pelatihan Duta Damai Dunia Maya ini, tim dari PMD telah melakukan seleksi yang cukup ketat kepada para seluruh calon pesertanya.
“Kami melakukan seleksi ketat melalui wawancara. Dari wawancara itu kita menggali para peserta mulai dari wawasan kebangsaan, pandangan ideologinya, motivasi calon peserta untuk menjadi duta damai. Sehingga kami mendapatkan peserta yang merupakan generasi muda yang benar-benar bisa memberikan konrtibusi positif dalam menebarkan pesan perdamaian nantinya,” ujar pria yang di awal karir milityernya banyak dihabiskan di Detasemen Bravo 90/Anti Teror Paskhas ini mengakhiri.