Obvitnas Subbid Minerba Simulasikan Peragaan SOP Keamanan dari Ancaman Teror yang Dibuat BNPT

Pomalaa – Aksi terorisme di dalam maupun di luar negeri yang terjadi akhir-akhir ini sudah sangat meresahkan. Di dalam negeri sendiri dimulai dari kerusuhan yang dilakukan narapidana kasus terorisme (Napiter) di Rutan Mako Brimob, serangan bom di Surabaya, dan penyerangan di sejumlah kantor polisi, penyerangan terhadap anggota Polri, dapat menjadi gambaran bahwa saat ini kelompok teroris mempunyai target serangan yang menyasar korban secara masif.

Kelompok teroris saat ini mulai merubah target serangan. Jika dahulu target serangan teror menyasar warga asing maupun terhadap kantor perwakilan negara asing yang dianggap sebagai musuh. Namun saat ini target serangan kelompok teroris mulai berubah, dengan pola serangan yang lebih bervariatif mulai dari serangan menggunakan bom dalam bentuk bom buku, bom panci, hingga serangan menggunakan senjata api atau menggunakan senjata tajam lainnya.

Hal tersebut dikatakan Direktur Perlindungan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Pol. Drs. Herwan Chaidir dalam sambutannya pada acara Simulasi Peragaan SOP Sistem Pengamanan Obyek Vital Nasional sub bidang Mineral dan Batubara (Minerba) dalam menghadapi Ancaman Terorisme yang telah dibuat BNPT bersama stakeholder terkait.

Acara tersebut diselenggarakanb oleh Direktorat Jenderal Minerba, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Kawasan Tambang dan Pabrik Feronikel Unit Bisnis Pertambangan PT Aneka Tambang di Pomalaa, Sulawesi Tenggara (Sultra), Kamis (22/11/2018).

Baca juga : Pengamanan Obvinas Bidang ESDM menjadi Perhatian Penting Dalam Mencegah Aksi Teror 

“Melihat kecenderungan adanya perubahan target dan pola serangan, sangat mungkin kelompok teroris juga akan menyasar kawasan Obvitnas (Obyek Vital Nasional) untuk dijadikan target serangan. Kita bisa bayangkan jika kelompok teroris berhasil melakukan gangguan atau serangan terhadap Obvitnas maka dampaknya sudah pasti akan sangat besar,” kata Brigjen Pol Herwan Chaidir
.
Menurut alumni Akpol tahun 1987 ini, ancaman dan gangguan terhadap sebuah Obvitnas tentunya akan membawa dampak pada stabilitas perekonomian, politik, dan keamanan nasional. Tidak hanya itu, kepercayaan asing terhadap Indonesia dalam hal keamanan pasti juga akan menurun.

“Untuk itu dalam kesempatan ini, Saya ingin menekankan bahwa penanggulangan terorisme merupakan tanggung jawab bersama segenap komponen bangsa dan negara. Dalam pelaksanaan penanggulangan terorisme masing-masing komponen bangsa memiliki peran dan fungsi yang berbeda. Oleh sebab itu sinergitas antar lembaga dan stakeholder terkait sangatlah penting,” kata mantan Kabid Pencegahan Detasemen Khusus (Densus) 88/Anti Teror Polri ini.

Dirinya berkeyakinan bahwa di setiap Obvitnas dipastikan telah memiliki SOP sistem keamanan yang telah berjalan dengan baik. Namun tidak semua perusahaan ataupun Obvitnas memiliki SOP dalam hal penanggulangan terorisme Oleh karena itu BNPT dan Ditjen Minerba Kementerian ESDM menyusun SOP ini sebagai sebuah SOP sistem keamanan untuk melengkapai SOP internal yang telah ada di setiap perusahaan Obvitnas.

“SOP ini merupakan SOP Koordinatif. Dalam suatu kondisi krisis, koordinasi merupakan hal yang mudah diucapkan namun sulit untuk dijalankan. Oleh karena itu, melalui kegiatan ini, kita akan memeragakan SOP yang didalamnya akan terlihat bagaimana pola-pola koordinasi dalam beberapa kondisi keamanan di Obvitnas Minerba,” ujarn mantan Kasubden Bantuan Densus 88/AT Polri ini.

Apalagi menurutnya lokasi Obvitnas yang ada di daerah-daerah pelosok di Indonesia jauh dari keramaian dan bahkan jauh dari markas aparat pertahanan keamanan negara yakni TNI-Polri yang memiliki kemampuan khusus Penanggulangan Teror.

“Untuk itu simulasi peragaan SOP ini sengaja digelar di kawasan tambang milik PT Antam di Pomalaa ini dimana jauh dari pasukan yang memiliki kualifikasi khusus, sehingga keamanan internal dari Obvitnas ini bisa bergerak terlebih dahulu sebelum pasukan keamanan setempat datang untuk mem back-up dalam menangani situasi,” pria kelahiran Palembang 7 Oktober 1963 ini .

Oleh karena itu dirinya berharap pasukan keamanan TNI-Polri setempat juga dituntut untuk selalu siap siaga dalam mengamankan daerah di wilayahnya masing-masing. “Saya minta pasukan TNI-Polri yang ada di provinsi Sulawesi Tenggara ini juga harus punya kewaspadaan yang tinggi juga dan harus lebih baik dari pasukan-pasukan yang ada di kota-kota besar,” katanya.’

Untuk itu menurutnya, melalui kegiatan ini juga akan dapat menjadi sebuah penyempuranaan SOP yang telah disusun oleh tim dari BNPT dan Ditjen Minerba. “Sehingga akan tercipta sistem keamanan yang semakin kuat, dan Obvitnas kita bisa terjaga dengan baik serta terhindar dari segala bentuk ancaman aksi terorisme,” ujar pria yang pernah menjadi Kapolres Gorontalo dan Kapolres Pahuwato ini mengakhiri.

Seperti diketahui, acara Simulasi Peragaan SOP Sistem Pengamanan Obvitnas sub bidang Minerba dalam menghadapi Ancaman Terorisme ini diikuti para aparat pertahanan keamanan setempat seperti dari Yonif 725/Waroagi Kodam XIV/Hasanuddin, Kodim 1412/Kolaka, Satuan Brimob Polda Sultra, Polres Kolaka, Dinas Pemadam Kebakaran dan Dinas Kesehatan Kabuoaten Kolaka dan juga stakeholder terkait lainnya.