Kuwait – Menteri Luar Negeri (menlu) RI, Retno LP Marsudi melihat persoalan terorisme di dunia internasional bukan semata-mata masalahh keamanan. Menurut mantan Dubes RI untuk Belanda ini, kesejahteraan adalah solusi untuk mengakhiri borok internasional itu.
Ia menjelaskan hal itu saat kunjungan kerja bersama Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), di Kuwait baru-baru ini.
Di depan 57 menlu dan pejabat tinggi negara yang tergabung dalam OKI, Retno menekankan pentingnya langkah bersama di bidang ekonomi. Dengan perputaran roda perekonomian yang terjalin antar negara di komunitas tersebut, terorisme akan tergerus. Pasalnya, tak ada lagi kemurungan yang harus dirasakan warga negara dan tidak ada lagi alasan melakukan tindakan teror.
“Kerja sama lebih erat antar negara negara Islam di bidang ekonomi, pembangunan, dan sosial budaya guna meningkatkan kesejahteran umat menjadi kunci dari upaya mendorong toleransi dan memberantas terorisme di dunia Islam”, tutur Retno melalui siaran pers, Jakarta, Kamis (28/5).
Tak hanya itu, ia juga menyampaikan pentingnya toleransi di negara-negara Islam. Hal ini sangat diperlukan untuk meredam menyebarnya paham ekstremis dan aksi teror. Sebagai salah satu negara Islam terbesar, Indonesia, melalui menlu juga ingin menularkan Islam yang Rahmatan’ lil Alamin dan cinta damai.
“Mengedepankan diplomasi, negosiasi, dan penyelesaian konflik secara damai; serta memperkuat mekanisme OKI dalam memperkuat solidaritas dan kerja sama negara-negara Islam,” sambung Retno.
Menlu juga menggunakan kehadirannya di pertemuan OKI untuk mendorong negara-negara OKI, agar mau membantu mengatasi masalah kemanusian. Hal ini terkait dengan irregular migrant (masyarakat migran) dan people trafficking (perdagangan manusia) yang sedang terjadi di Asia Tenggara. Retno menyampaikan langkah yang telah diambil oleh Indonesia dan Malaysia, sebagai dua negara berpenduduk mayoritas Islam dalam mengatasi masalah kemanusiaan internasional.
Atas upayanya, Indonesia mendapat apresiasi dan dukungan para menlu atas langkah yang telah diambil dan kesiapan mereka untuk membantu dalam menghadapi masalah irregular migrant dan people trafficking tersebut. Secara khusus, Menlu Gambia menyampaikan kesiapan pemerintahnya untuk menerima relokasi pengungsi Rohingya, dengan dukungan masyarakat internasional. Sedangkan menlu Turki menyampaikan kesiapan pemerintahnya memberi bantuan keuangan dalam mengatasi masalah tersebut.
sumber : antaranews.com