Aksi kriminalitas menjelang perayaan keagamaan, terutama terorisme, bisa dicegah secara dini. Penguatan fungsi intelijen, peningkatan kinerja aparat kepolisian, dan yang tak kalah penting peran serta masyarakat menjadi kunci bagi pencegahan aksi-aksi kriminalitas saat perayaan keagamaan.
Peringatan dini akan kemungkinan terjadi aksi kejahatan, utamanya terorisme, jangan dianggap sebagai angin lalu. Aparat keamanan dan masyarakat harus memperhatikan peringatan dini tersebut sebagai patokan untuk mengambil langkah-langkah antisipatif terhadap ancaman kejahatan saat perayaan keagamaan.
Aksi kejahatan saat perayaan keagamaan biasanya meningkat. Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Ronny F Sompie mengatakan, sejak H-7 Lebaran hingga dua hari setelah Lebaran terjadi sekitar 900 kasus kejahatan. Angka itu memang menurun sekitar 47% dibandingkan tahun sebelumnya atau sekitar 1.800 kasus.
Menurutnya, selain pelaksanaan Operasi Ketupat yang digelar Polri setiap perayaan Idul Fitri, penurunan angka kejahatan itu berkat peran serta masyarakat dalam meningkatkan kewaspadaan. Penurunan angka kejahatan tersebut patut diapresiasi. Namun, yang perlu dicatat, secara kualitas, kejahatan menjelang Lebaran tahun ini bisa dikatakan meningkat. Bahkan, beberapa di antaranya terindikasi sebagai aksi terorisme.
Pada awal bulan ini, sebuah bom meledak di Wihara Ekayana, Kebun Jeruk, Jakarta. Meski tidak menimbulkan korban jiwa, peristiwa itu cukup menggugah perhatian publik, termasuk para elite di negeri ini. Berbagai komentar pun bermunculan mengecam aksi terorisme itu.
Belum selesai pengungkapan peledakan bom di Wihara Ekayana, aksi teroris kembali terjadi. Kali ini menimpa SMA Santo Asisi di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Seorang tak dikenal melempar dua bom Molotov. Meski tak menimbulkan korban jiwa dan tidak menyebabkan kerusakan yang parah, peristiwa itu cukup meresahkan masyarakat, terutama terkait dengan kerukunan umat beragama.
Aksi teror menjelang Lebaran tahun ini seolah tak kunjung henti. Seorang anggota Pembinaan Masyarakat (Binmas) Polsek Cilandak Aiptu Dwiyanto ditembak oleh orang tak dikenal di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Polisi menduga aksi itu terkait dengan terorisme yang menyasar ke personel Polri.
Apalagi, penembakan anggota polisi bukan yang pertama kali terjadi dalam sebulan terakhir. Sebelumnya, seorang anggota Satuan Lalu Lintas Polres Metro Jakarta Pusat Aipda Patah Saktiyono (53) juga menjadi korban penembakan. Dua orang pengendara motor menembak korban di kawasan Jalan Cirendeu Raya, Ciputat, akhir Juli lalu.
Berbagai peristiwa kejahatan yang cenderung mengarah ke aksi terorisme itu harus menjadi pelajaran bagi kita untuk terus meningkatkan kewaspadaan. Utamanya pada hari-hari seperti saat perayaan keagamaan. Para pelaku teror biasanya memanfaatkan momentum tertentu untuk mengoyak kerukunan beragama di Indonesia.
Memang ada aparat keamanan, yakni Polri, yang terus bekerja maksimal untuk menjaga keamanan masyarakat. Namun, tanpa peran serta masyarakat, terutama dengan meningkatkan kewaspadaan, kinerja Polri akan semakin berat dan mereka akan kesulitan dalam mencegah dan mengungkap berbagai aksi terorisme.
Terkait dengan itu, perlu juga dikembangkan sistem peringatan dini terhadap aksi-aksi kejahatan dan terorisme. Di sini, peran aparat intelijen sangat penting untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat. Peringatan dini yang disampaikan oleh lembaga-lembaga intelijen harus disosialisasikan dengan baik. Selain itu, peringatan dini itu harus dimaknai sebagai langkah pencegahan, bukan untuk menakut-nakuti masyarakat.
Sebelum terjadi berbagai aksi teror saat Lebaran tahun ini, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai sudah memberikan peringatan tentang kemungkinan terjadi aksi teror. Dia meminta masyarakat untuk mewaspadai aksi teror menjelang Lebaran, karena sudah ada indikator kelompok teror kembali melakukan aksi di Tanah Air.
Peringatan dini seperti ini harus terus dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat dan aparat keamanan. Pemerintah dan pihak-pihak terkait harus mengembangkan sistem peringatan dini terhadap aksi terorisme, yang tentunya harus melibatkan peran serta masyarakat.
Kita patut mencontoh sistem peringatan dini yang dilakukan Amerika Serikat. Menjelang Hari Raya Lebaran, pemerintah AS mengingatkan warganya untuk tidak bepergian ke beberapa negara terkait adanya ancaman kelompok terorisme Al Qaeda. Bahkan,
Pemerintah AS menutup puluhan kedutaan besar mereka di sejumlah negara. Meski terkesan berlebihan, langkah Pemerintah AS itu terbukti mampu mencegah munculnya korban jiwa akibat aksi terorisme. Namun, langkah pemerintah itu tidak akan berhasil jika warga menganggap sepele peringatan dini seperti itu dan mengabaikan kewaspadaan.
sumber; suarapembaharuan