Memutus Mata Rantai Terorisme

Berawal dari interpertasi terhadap ajaran agama yang setengah-setengah, pemahaman agama yang tidak konprehensif, melahirkan fanatisme berlebihan untuk menyalahkan orang lain dan membenarkan fahamnya sendiri.  Ini adalah sebuah bahaya laten yang terselubung, yang harus diwaspadai dan diawasi karena  sewaktu-waktu boleh jadi akan membinasakan apa saja, siapa saja dan dimana saja.

Semua orang tentu ingin hidup damai dan tenang namun kita selalu terusik dengan aksi terorisme. Selalu timbul kekerasan dan tindak terorisme, kita selalu di perhadapkan dengan pertanyaan dan pernyataan, mengapa masih ada kekerasan atas nama agama?  Apakah ada agama yang menyuruh umatnya saling membunuh? Apakah kaum teroris adalah mereka yang lebih dalam pamahamannya terhadap ajaran agama?

Tidak ada satu agamapun yang membenarkan tindak kekerasan apalagi Islam. bahkan Rasulullah dengan tegas selalu menekankan bahwa “tidaklah beriman seseorang diantara kamu sampai dia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.”

Seorang teroris memiliki kedangkalan pemahaman terhadap agama, dan seorang yang shaleh tentu memiliki kelembutan perangai dalam memahami ajaran agamanya. Karena itu seorang yang shaleh adalah pejuang-pejuang agama, dan seorang teroris adalah pengkhianat agama.

Dalam alqur’an secara gamblang di jelaskan, “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.(Al-hujurat, ayat 13)

Untuk memerangi tindak kekerasan tersebut butuh partisipasi dan dukungan semua pihak, diantaranya dukungan politik, walaupun  sudah terbukti bahwa aspek politik justru menjadi pemicu kekerasan, akibat dari ketidakadilan penguasa dan para pemimpin, penegakan hukum yang tidak konsisten, kecemburuan dan  kesenjangan sosial, keterbelakangan, kemiskinan  dan kebodohan menjadi akumulasi yang kemudian melahirkan kekerasan, namun dukungan politik diharapkan agar menjadi legitimasi dalam upaya pencegahan kekerasan. Kemudian dukungan mahasiswa sangat dominan dalam mengimplementasikan gerakan damai indonesiaku. Karena mahasiswa adalah asset sebuah negara dan ikut menentukan maju mundurnya sebuah bangsa.

Mediamassa

Peranan media massa sangat signifikan dalam kampanye perdamaian, karena media massa sangat membentuk sebuah isu dan opini, maka diharapkan partisipasi dan dukungan moral dari komponen media massa dan para jurnalis dalam kampanye damai Indonesia. Dan menurut kami peranan media massa selama ini sudah sangat baik dalam pembentukan opini sehingga masyarakat merasa pemberitaan sudah proporsional. Peranan media massa ini perlu di tingkatkan.

Tokoh agama Peranan para tokoh agama sangatlah menentukan kedamaian, karena para tokoh agamalah yang mampu membawa pesan-pesan ilahi yang penuh dengan keberkahan dan kedamaian untuk kemaslahatan hidup manusia dan untuk kemanusiaan. Tokoh agamalah yang dapat menjelaskan pesan moral tentang cinta kasih dan kedamaian ini melalui pintu dan bahasa agama. Jika teroris memakai agama sebagai pembenaran untuk melegalisasi aksi terror mereka, maka tokoh agamalah yang diharapkan untuk melakukan pendekatan melalui pemahaman agama yang religius dan humanis seperti pesan Wakil Menteri Agama Prof.DR.Nasarudin Umar
“-Alqur’an sangat mengutamakan kemanusiaan dan jihad bukan untuk membunuh orang melainkan menghidupkan orang karena jihad yang paling besar adalah melawan hawa nafsu.”
Hati-hati dengan buku-buku kecil (buku saku) berisi doktrin-doktrin sesat, harus di ingat bahwa bunuh diri sama dengan mati kafir.  (*)

Tulisan ini dimuat di Harian Ambon Ekspres 30 September 2013

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *