Melawan Teror dengan Humor

Maraknya video berisi ancaman serta aksi kekerasan yang dilakukan kelompok extrimis ISIS ternyata tidak membuat masyarakat Indonesia panik. Namun, bukan pula berarti masyarakat tidak marah atas aksi brutal yang dilakukan oleh kelompok yang katanya sedang menjalankan syariat agama itu. Karena sesungguhnya, masyarakat tahu betul kekerasan tidak mendapat tempat secuil pun dalam ajaran agama.

Masyarakat mengerti bahwa kekerasan dan sederet aksi brutal yang dilakukan oleh ISIS di luar ambang kewajaran. Sehingga masyarakat tidak akan terpengaruh oleh ajaran-ajaran yang disebarkan oleh kelompok ini, mengaku mendirikan syariat Islam namun malah akrab dengan kekerasan. Mengklaim mengembalikan sistem khilafah, namun malah bikin banyak orang susah. Berkoar menjalankan perintah agama, namun malah membuat banyak orang sengsara.

Warga dunia maya kini melakukan aksi perlawanannya sendiri. Ketika ISIS merilis video yang ditujukan untuk menebar ancaman dan teror, masyarakat membalasnya dengan video humor. Tentu bukan karena masyarakat menganggap apa yang dilakukan oleh ISIS saat ini hanya lelucon, tetapi masyarakat sadar bahwa paham-paham yang men-Tuhan-kan kekerasan dan kekuasaan harus segera dilawan. Perlawanannya pun harus unik dan berbeda, bukan dengan cara kekerasan melainkan dengan parodi lucu. Parodi sesungguhnya mengajarkan bahwa hidup dan agama terlalu sia-sia jika hanya diumbar untuk kekerasan dan tindakan-tindakan brutal.

Video humor yang ditebar masyarakat untuk ‘membalas’ video teror dari kelompok ISIS tentu ditujukan untuk mengajak lebih banyak orang untuk tidak terlalu risau dengan berita-berita yang sifatnya kacau. Masyarakat tidak perlu gundah dengan ‘pamer aksi’ yang dilakukan oleh kelompok yang memang gemar membuat masyarakat resah. Kita harus yakin bahwa kebaikan tidak mungkin kalah dari kejahatan.

Kemunculan video parodi tersebut harus kita sambut dengan baik, karena hal itu menunjukkan bahwa masyarakat tidak mempan dengan tipu daya dan ancaman yang selalu ditebar ISIS. Kita semua yakin bahwa agama tidak pernah memaksa, karena ia adalah ajaran yang mendewasakan dan menentramkan, mengajari kita untuk menghargai dan mencintai, bukan berlaku brutal dan keji. Tradisi dan kebudayaan yang kita miliki juga selalu menjunjung tinggi keadilan dan persaudaraan. Kita tidak melukai -apalagi membunuh- sesama karena kita adalah manusia, kita tidak berlaku brutal karena kita masih punya akal, dan kita masih bisa tertawa –meski kabar buruk terus mendera- karena kita INDONESIA!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *