Media Massa Punya Peran Vital Dalam Cegah ISIS

Jakarta – Media massa mempunyai peran vital dalam membantu upaya
pemerintah, dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT),
dalam mencegah masuknya paham kelompok Islamic State of Iraq and Syria
(ISIS) ke bumi Nusantara. Apalagi faktanya media massa telah dijadikan ISIS
sebagai alat untuk melakukan propaganda yang sangat efektif.

“ISIS berhasil memanfaatkan media massa, terutama melalui media internet
(dunia maya) untuk melakukan propaganda, baik menyebarkan paham mereka dan
juga untuk merekrut anggota. Dan itu sangat efektif dengan banyaknya
orang-orang yang tertarik bergabung dengan ISIS dengan berbagai iming-iming
melalui media. Jadi perlu adanya kampanye sistematis pemerintah, media
massa, dan seluruh elemen masyarakat untuk membuat idenfifikasi ISIS,” kata
Anggota Komisi VIII DPR RI KH Maman Imanulhaq di Jakarta, Selasa
(11/8/2015).

Kiai Maman mengungkapkan, pemanfaatkan media massa untuk mencegah paham
ISIS itu adalah mutlak, karena itu dia mengapresiasi langkah BNPT soal
ini. Pasalnya, media mempunyai kekuatan dan kepentingan untuk
memunculkan Islam yang selalu mengacu pada  nilai kemanuasiaan,
toleransi dan menghindarkan kekerasan.

“Seperti ISIS menggunakan media untuk propaganda, kita juga harus bisa
menjadikan media untuk membendung mereka (ISIS). Tapi tentunya peran
pemerintah dan seluruh stakeholder, seperti Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme (BNPT), Kominfo, Kemenag, Kemdiknas, dan lain-lain harus
bersinergi untuk mencegah masuknya ISIS,” tukas politisi PKB ini.

BNPT sendiri selaku kepanjangan tangan pemerintah, telah menjadikan media
massa sebagai partner dalam pencegahan terorisme, terutama ISIS. Salah
satunya adalah pencanangan tahun 2015 sebagai Tahun Damai di Dunia Maya.
Selain itu, BNPT terus melakukan sosialisasi pencegahan paham ISIS di
seluruh pelosok Nusantara. Seperti yang dilakukan bersama Forum Komunikasi
Penanggulangan Terorisme (FKPT) Sumatera Selatan (Sumsel) dengan menggelar
seminar bertema “Peran Media Massa Dalam Pencegahan Terorisme”.

Menurut Kiai Maman, sosialisasi seperti ini harus terus dilakukan dalam
menggalang kekuatan media massa di Indonesia. Apalagi saat ini, semakin
canggihnya sistem komunikasi dan informasi, terutama melalui media sosial.
Yang pasti, langkah ini akan menghambat ISIS dalam melancarkan propaganda.

Selain itu, lanjut Kiai Maman juga meminta agar kampanye-kampanye
pencegahan paham ISIS ini juga bisa dilakukan melalui materi khutbah. Untuk
itu, pemerintah melalui Kementerian Agama dan Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kemenkominfo) bisa memberikan materi khutbah kepada para
khotib atau kiai sebagai materi Jumat, juga melalui pesantren, dan majelis
taklim.

“Saya melihat khutbah Jumat sebagai sarana yang masih banyak didatangi umat
Islam. Tapi kita harus jujur, masih banyak khutbah Jumat yang tidak
berkualitas dan tidak efektif. Jadi dengan disiapkan mateir yang
berkualitas dan memiliki nilai-nilai agama yang progresif, pasti akan
sangat efektif dalam memperkuat akidah dan ideologi masyarakat kita,”
ungkapnya.

Dari pengamatannya, Kiai Maman menilai ISIS memiliki beberapa ciri.
Pertama, ISIS selalu menggunakan ciri-ciri sepihak. Kedua mereka telah
‘memperkosa’ ayat-ayat Tuhan untuk kepentingan kelompok, ketiga mereka
ahistoris dengan menghancurkan tempat-tempat bersejarah dan makam para
tokoh Islam, dan keempat mereka menggunakan propanganda melalui media yang
isinya jatuh dari kebenaran.

“ Saya baru pulang dari Turki, yang memang kunjungan wiasata, 1 juta pert
tahun, satu sisi sebagai devisa, tapi dijadikan pintu masuk dijadikan ISIS,
mereka menggunakan memperkuat badan intelijen dengan memperkatat akses
perbatasan di suriah. Indonesia saya berharap BNTP bekerjasama dengan BIN,
dan seluruh stkakeholder, apapun yang terjadi, jangan isis masuk dengan
memanfaatkan islam, pengangguran, mantan polisi desertir dll,” katanya.