Menbud Fadli Zon Harapkan Warga Aceh Jaga Harmoni Budaya & Agama

Jakarta – Menteri Kebudayaan, Fadli Zon menegaskan pentingnya peran Aceh sebagai penjaga nilai-nilai peradaban Islam dan warisan budaya nusantara. Aceh sebagai satu-satunya provinsi di Indonesia yang memiliki kekhasan dengan mengintegrasikan syariat Islam dengan kearifan budaya lokal merupakan bukti nyata harmoni antara agama, budaya, dan tradisi yang dapat berjalan seiring. Ia juga berharap agar Aceh terus menjadi model bagi provinsi lain dalam menjaga harmoni antara agama dan budaya.

“Berbagai jejak dan tinggalan sejarah yang menandai awalnya peradaban Islam di Aceh sejak masa Kerajaan Samudera Pasai tak hanya menunjukkan kontribusi Aceh dalam penyebaran Islam di Indonesia, namun juga kejayaan Aceh sebagai pusat perdagangan internasional dan pendidikan agama Islam,” ujar Fadli Zon dalam siaran pers, Selasa (14/1/2025).

Hal itu diungkapkan Fadlio Zon dalam kunjungan kerja dan silaturahmi ekosistem kebudayaan di Aceh, Minggu, (12/1).

Mengawali kunjungannya di Provinsi Aceh, Fadli Zon melakukan pertemuan dengan Wakil Gubernur terpilih Provinsi Aceh Fadhlulah dan jajaran Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah I. Mereka melakukan diskusi tentang berbagai hal, di antaranya mengenai komitmen Kementerian Kebudayaan untuk mendorong Provinsi Aceh menjadi pusat peradaban Islam di Indonesia.

Dengan total 9.255 Objek Pemajuan Kebudayaan yang tersebar di berbagai daerah di Provinsi Aceh, Fadli Zon berharap semakin banyak warisan budaya Aceh yang dapat menjadi Warisan Budaya Tak Benda tingkat nasional, bahkan dunia.

“Berbagai warisan budaya Aceh yang mendunia antara lain Tari Saman yang diinskripsi oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya TakBenda, naskah Hikayat Aceh yang ditetapkan sebagai Ingatan Kolektif Dunia UNESCO, dan Hari Lahir Laksamana Keumalahayati sebagai perayaan internasional yang juga diakui oleh UNESCO menunjukkan kekayaan budaya Aceh yang mendunia,” ujarnya.

Selain mengunjungi Museum Pedir di Blang Glong, Pidie Jaya yang menyimpan berbagai benda-benda kuno peninggalan peradaban di Aceh seperti manuskrip, mata uang, senjata, keramik dan berbagai artefak lainnya dan Museum Tsunami Aceh, Fadli Zon juga melakukan silaturrahim dengan Wali Nanggroe Aceh Tgk Malik Mahmud Al-Haytar. Mereka menyatakan komitmen bersama melalui sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, komunitas, dan masyarakat untuk menjaga keberagaman budaya Aceh dan menjadikannya sebagai asset penting bagi bangsa Indonesia.

Dalam kunjungan ini, Fadli Zon turut meresmikan hasil revitalisasi situs cagar budaya Gunongan dan penataan materi display Rumoh Cut Nyak Dhien.

“Revitalisasi ini adalah upaya literasi dan edukasi untuk memastikan bahwa generasi mendatang dapat memahami dan menghargai akar budaya dan agama yang menjadi identitas bangsa, serta mempertegas komitmen bersama dalam melestarikan kebudayaan bangsa yang berakar pada kearifan lokal dan berorientasi pada kemajuan,” jelas Fadli Zon.

Kunjungan kerja dan silaturahmi ini diakhiri dengan Pidato Kebudayaan bertemakan ‘Pemajuan Kebudayaan Nasional Berbasis Kearifan lokal Keacehan’ bertempat di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh. Dalam kesempatan ini, Menteri Fadli Zon berharap agar ISBI Aceh dapat memperkuat pendidikan seni dan budaya di Aceh sehingga dapat berkontribusi pada upaya pemajuan kebudayaan nasional. Dalam pidato penutup, Fadli Zon menyampaikan harapan agar budaya Aceh akan terus menjadi inspirasi bagi Indonesia dan dunia.

“Kita memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa jejak sejarah di Aceh, salah satunya seperti Kerajaan Samudera Pasai tetap hidup, tak hanya dalam ingatan kolektif bangsa tetapi juga sebagai fondasi peradaban, penggerak pembangunan daerah dan nasional, serta simbol kebanggaan budaya Indonesia di mata dunia,” tutupnya.