Ledakan Bom Terkait Derita Rohingya?

 

JAKARTA (Suara Karya): Ledakan di Vihara Ekayana, Jakarta Barat, Minggu malam lalu, dipastikan merupakan ledakan bom. Pelaku bahkan meninggalkan pesan yang ditulis di secarik kertas: “Kami mendengar jeritan Rohingya”.
 
Kepastian bahwa itu ledakan bom berdasarkan hasil penyelidikan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri. Namun, soal pesan tertulis itu diungkapkan Menag Suryadharma Ali ketika berkunjung ke vihara tersebut, kemarin.
 
Anggota Densus kemarin masih mendalami kamera tersembunyi (CCTV) yang merekam terduga penyimpan bom di Vihara Ekayana di Jalan Mangga II/8, Kelurahaan Duri Kepa, Jakarta Barat, Minggu, sekitar pukul 19.01 WIB.

Kepala Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto, di Jakarta, Senin kemarin, menuturkan, berdasarkan rekaman dari luar lokasi, pelaku diduga menumpang sepeda motor, kemudian menyimpan bom, dan pergi meninggalkan lokasi kejadian.
 
Pelaku terdiri dari dua orang. Seorang menunggui sepeda motor, sedangkan seorang lagi masuk ke vihara dengan membawa bungkusan hijau dan kuning yang kemudian disimpan di dalam dan di luar vihara.
Rikwanto mengungkapkan, pelaku menyaksikan ledakan di sekitar lokasi kejadian. Ledakan bom terjadi satu kali di luar sekitar pintu masuk vihara.
Akibat ledakan itu, satu orang mengalami luka ringan di bagian tangan, dan dua orang lagi jadi terganggu pendengarannya. Sedikitnya delapan orang telah diperiksa sebagai saksi, termasuk tiga korban ledakan.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memastikan, bom yang meledak di Vihara Ekayana ini mirip dengan bom di Polsek Rajapolah, Tasikmalaya. Panci presto digunakan sebagai material.
Aparat Densus 88 juga menduga, model bom itu mirip dengan bom yang ditemukan di Tambora, Jakarta Barat; dan di Depok, Jabar.
Rikwanto belum dapat memastikan motif pelaku meledakkan bom di Vihara Ekayana ini, termasuk kaitannya dengan teroris global, lokasi, maupun dengan kasus demo di Kedubes Myanmar di Indonesia.
Sementara itu, Menag Suryadharma Ali dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta umat beragama tetap tenang, tidak terpancing provokasi, serta tetap menjaga kerukunan dan keamanan rumah ibadah masing-masing.
Menurut Suryadharma, aksi peledakan di vihara itu tak bertanggung jawab dan sangat terkutuk. Dia menambahkan, kasus tersebut makin menambah daftar panjang peristiwa penyerangan terhadap rumah ibadah di Indonesia.
“Masjid juga pernah dibom, gereja juga pernah dibom, dan kali ini vihara. Ini sudah sangat jelas bahwa ini aksi terorisme yang tujuannya provokasi,” katanya.
“Dari peristiwa yang terjadi semalam, tidak ada korban jiwa, hanya ada korban satu lecet, tidak ada kerusakan, hanya saja dalam sebuah bom itu terdapat pesan pada secarik kertas bertuliskan ‘Kami mendengar jeritan Rohingya’. Dari peristiwa tersebut, ini jelas bukan merupakan aksi solidaritas. Ini merupakan perbuatan yang sangat terkutuk. Yang jelas, sejak dahulu umat Muslim dan Buddha hidup rukun berdampingan,” ujar Menag.
Menurut Suryadharma Ali, tindakan anarkis tersebut adalah aksi teror yang tak terorganisasi. “Pemimpinnya berganti-ganti, aksinya pun tidak jelas. Ini merupakan aksi provokasi antarumat bergama, dan saya kira umat Muslim dan Buddha tidak akan terpengaruh,” katanya.
MUI juga menyayangkan ledakan bom di Vihara Ekayana. MUI meminta agar pihak yang melakukan kekerasan tersebut tak mengatasnamakan Islam. “MUI tidak menoleransi adanya kekerasan. Kalau ada kekerasan, jangan pernah mengatakan itu Islam,” ujar Ketua MUI bidang Ukhuwah Islamiyah Umar Shihab, di Gedung MUI, Jakarta, Senin (5/8).
Hal sama disampaikan Ketua MUI bidang Kerukunan Antarumat Beragama Slamet Effendy Yusuf. Dia mengimbau agar masyarakat jangan terlalu dini membuat kesimpulan. Sebab, saat ini pihak kepolisian masih menyelidiki siapa pelaku peristiwa tersebut.
 
“Kami minta supaya tidak terlalu apriori mengatakan pelakunya ini itu,” ujar Slamet.
Pihaknya berharap agar peristiwa ledakan bom di Vihara Ekayana tidak merusak hubungan antarmasyarakat, etnis, dan agama, meskipun ditemukan surat bernada provokatif di Vihara tersebut.
“Jangan membuat peristiwa ini merembet ke persoalan lain. Kita jangan terjebak, seperti dengan adanya surat,” katanya.
Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto mengutuk pelaku peledakan Vihara Ekayana Arama, Jakarta. Aksi teror itu telah menodai bulan suci Ramadhan.
“Itu telah merusak suasana damai di bulan suci Ramadhan ini,” kata Menko Polhukam dalam siaran pers Kemenko Polhukam yang diterima Suara Karya di Jakarta, Senin (5/8). (Antara/Feber/Yudhiarma/Sadono/Dwi Putro AA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *