Lawan Intoleransi, Kemendikbud Perketat Pelajaran Kebudayaan

Jakarta – Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hilmar Farid mengatakan akan memperketat pelajaran berbasis kebudayaan untuk menciptakan kesadaran dan rasa saling pengertian dalam berbudaya.

Hal ini ia katakan sebagai salah satu langkah konkret yang akan dilakukan Kemendikbud dalam menanggapi masalah intoleransi yang disampaikan oleh Mendikbud Muhadjir Effendy dalam sambutannya di acara Pra Kongres Kebudayaan Indonesia 2018 di Kantor Kemendikbud, Jakarta Pusat, seperti dikutip cnnindonesia.com, Selasa (27/11).

“Misalnya juga memperkenalkan anak-anak kepada kebudayaan yang hidup di lingkungannya sendiri sehingga kepribadiannya akan tumbuh. Kalau sekarang fokus lebih banyak ke pelajaran-pelajaran yang kalau dulu Ujian Nasional, sehingga pelajaran kebudayaan kadang-kadang ya, kalau sekarang dibikin lebih ketat saya kira itu pesan Pak Menteri,” ujar Hilmar.

Kata dia, Kemendikbud dalam menghadapi masalah intoleransi memiliki mandat pelindungan dan membangun rasa saling pengertian melalui pendidikan.

Baca juga : Jelang Natal & Tahun Baru 2019, Polri Waspadai Sel Tidur Terorisme

“Perlindungan yang pasti untuk memastikan semua informasi mengenai praktik-praktik kebudayaan yang ada di kita ini terekam dengan baik. Yang kedua membangun saling pengertian. Ranahnya apa? Pendidikan,” ujarnya.

Ia juga menekankan bahwa masalah intoleransi jangan hanya dipersempit sebagai persoalan antar agama. Karena, kata dia, praktik-praktik kebudayaan berbasis etnis lainnya juga memiliki konflik yang sama.

Selain itu, Hilmar menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia harus percaya pada keanekaragaman budaya yang bisa hidup saling berdampingan. Menurut dia hal ini sudah terjadi sepanjang sejarah Indonesia.

Ia menilai sikap inklusif masyarakat dan adanya local genius yang bisa menyaring kebudayaan-kebudayaan dari luar Indonesia sehingga kemudian bisa diolah sesuai kebutuhan masyarakat, adalah cara efektif dalam menciptakan lingkungan sehat untuk kehidupan berbudaya.