Kelompok Radikal: Sekumpulan Orang Bengal Berperilaku Janggal

Belakangan ini berita kelompok radikal makin menyesaki pemberitaan. Meski apa yang mereka lakukan adalah menebar teror, meledaknya pemberitaan tentang hal itu justru membuat mereka laiknya pesohor. Apapun yang mereka lakukan tidak pernah lepas dari pemberitaan. Terutama karena kelakuan mereka sangat bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Mengklaim sedang menegakkan perintah agama, tapi dengan menebar kebencian dimana-mana. Mengaku mengembalikan kejayaan Khilafah, tapi malah membuat banyak orang susah.

Jika diamati dengan seksama, agama tidak pernah memberi ruang pada gerakan radikal, karena apa yang diperjuangkan oleh kelompok radikal sama sekali tidak masuk akal. Sebagian orang bahkan dengan lantang mengatakan bahwa kelompok radikal berisikan sekumpulan orang bengal berperilaku janggal.

Salah satu ciri utama dari kelompok radikal adalah perilaku mereka yang cenderung brutal. Jangankan untuk menyiksa, membunuh sesama manusia saja tak akan jadi masalah buat mereka. Kita tidak perlu repot-repot mencuri data untuk menyaksikan perilaku keji mereka, karena mereka sendiri yang gemar memamerkan perilaku mereka di dunia maya. Hal itu sebenarnya turut membantu kita untuk melihat mereka yang sesungguhnya; penuh tipu daya dan tidak pantas untuk dipercaya.

Salah satu topik utama yang diangkat kelompok radikal saat ini adalah perihal pendirian sebuah negara yang dipimpin oleh seorang Khalifah. Yakni pemimpin yang berfungsi untuk memimpin umat baik untuk urusan negara maupun agama. Secara bahasa, Kekhalifahan memiliki makna pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Jika kelompok radikal memang benar-benar mengusung semangat kekhalifahan, seharusnya mereka memberikan pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan. Tetapi yang kita saksikan justru kelompok-kelompok tersebut melakukan tindak-tindak kekerasan, membuat kehancuran, dan berperan laiknya Tuhan.

Jihad adalah berjuang di jalan tuhan yang maha penyayang lagi maha pengasih. Oleh karenanya jihad harus dilakukan dengan penuh rasa sayang dan kasih. Dari sini kita mengerti bahwa jihad tidak sama dengan perang. Kelompok radikal sengaja memelintir makna jihad agar ‘pas’ sebagai pembenaran atas tindakan mereka yang jahat. Islam adalah agama damai; perdamaian tidak akan bisa tercapai dengan peperangan.

Kelompok radikal selalu mengaku memerangi kebathilan dan ketidakadilan. Seolah-olah mereka akan langsung melawan tiap kali ada ketidakadilan yang terjadi. Tetapi ternyata hal itu hanyalah retorika saja. Jika mereka mengaku pasukan Allah, seharusnya mereka berjuang menyelamatkan mereka, saudara seiman, tetapi nyatanya mereka tidak melakukan apa-apa. Mereka malah membantai tetangga dan saudara-saudara yang mereka kafirkan dengan semena-mena.

Kelompok radikal kerap mengklaim berjuang untuk keadilan manusia, tetapi dalam waktu yang bersamaan mereka justru mencederai nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. Penculikan, penyiksaan, hingga pembunuhan seolah telah menjadi kegiatan harian. Mereka kerap melakukan tindakan-tindakan brutal dengan alasan yang sama sekali tidak masuk akal. Alasan sepele seperti perbedaan keyakinan sudah bisa membuat mereka hilang kesabaran, dengan memekik Allahuakbar mereka menjadikan pembantaian sebagai jalan keluar. Sudah tidak terhitung berapa banyak orang yang meninggal karena kelakuan kelompok radikal. Semua itu semakin menunjukkan bahwa mereka tidak sedang berjuang. Masih percaya dengan propaganda kelompok radikal? Pasti tidak!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *