SURYA Online, SURABAYA – Penilaian terhadap kasus terorisme tidak bisa dilakukan per kasus, harus diperhatikan secara keseluruhan. Sebab, satu kasus dengan kasus lainnya selalu berhubungan.
Demikian disampaikan Kepala BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Teroris) Asy’ad Mbai dalam acara Diskusi Bersama BNPT dengan Jurnalis di Surabaya, Kamis (21/3/2013).
Disampaikann Asy’ad, data di BNPT menyebutkan bahwa kejadian terorisme mulai dari kasus Bom Bali pertama hingga perampokan di Jakarta beberapa waktu lalu masih saling terkait.
Bahkan, gerakan terorisme di satu daerah dengan daerah lain di Indonesia juga berada dalam satu jaringan.
Maret 2012, petugas sudah menangkap pelaku Bom Bali. Emudian, pada Mei 2012 ada 13 orang teroris dimankan. Mereka ini jaringan Umar yang ditangkap di Gambir. Kemudian dari Umar dikembangkan dan berhasil menangkap 4 pelaku teror di Solo serta di beberapa daerah lain.
“Mereka ini yang bertugas sebagai penggalang dana. Tak tanggung-tanggung, ada dana sekitar Rp 8 miliar yang disokongkan untuk kegiatan terorisme,” ungkap Asy’ad.
Dana itu, sambungnya, digunakan untuk pembelian senjata dari luar negeri, latihan militer di Poso, dan pembelian sejumlah bahan peledak.
sumber: surabaya tribunnews