Ujung Pandang – Kapolda Sulawesi Selatan, Irjen Pol Hamidin merasa tak asal bicara perihal Sulawesi Selatan sebagai salah satu sumber terorisme. Pernyataan yang disampaikannya ke masyarakat sudah mengacu data dan fakta yang terjadi.
Mantan perwira tinggi (Pati) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ini menyebut, pada tahun 2018 ada 13 terduga teroris yang diamankan di Sulawesi Selatan.
Jumlah tersebut, lanjutnya, menjadi jumlah penangkapan teroris terbanyak se-Indonesia.
“Ada 13 orang terduga teroris yang ditangkap di Sulsel dan saat ini berada ditahan di Rutan dan Lapas Makassar. Jadi penangkapan terbanyak di negeri ini tahun lalu,” ujarnya di Ujung Pandang, Rabu (30/1).
Dikatakannya lagi, sewaktu ia menjabat Kapolres di Sulawesi Selatan juga terjadi sejumlah peristiwa pengeboman. Beberapa di antaranya seperti bom McDonald di Mall Ratu Indah, bom di Showroom Haji Kalla, dan bom Cafe Sampodo di Palopo.
“Saat terjadi pengeboman di McDonald Mall Ratu Indah dan Showroom Haji Kalla saya menjabat Kapolres Bantaeng,” ucapnya.
“Saat pengeboman Café Sampodo saya jadi Kapolres Luwu Utara. Semuanya saya ikuti perkembangan kasusnya, mulai dari olah TKP hingga ke tahap penyelidikan,” ia menambahkan.
Baca juga : Wali Kota Bekasi Gencarkan Deklarasi Antihoaks & Radikalisme
Menurut Hamidin, monitoring yang ia lakukan terhadap sejumlah kasus itu tak berhenti saat ia masuk ke BNPT. Bahkan, lanjutnya, ia beberapa kali melakukan penyelidikan hingga masuk ke Lapas Makasar dalam program pencegahan tanpa diketahui publik.
“Saat menjadi Deputi Kerjasama Internasional tahun 2018 lalu, ketika HUT Luwu Utara saya diundang Bupati Lutra untuk berbicara di depan lebih dari 1.000 orang masyarakat dalam konteks program pencegahan terorisme,” jabar Hamidin.
“Selain masyarakat, ketika itu pemaparan saya juga dihadiri sejumlah mantan narapidana teroris (napiter) yang sudah jadi mitra BNPT dan masuk dalam program soft approach BNPT,” ia melanjutkan.
Berkaca dari sejumlah peristiwa yang terjadi itu, sejak ditunjuk sebagai Kapolda Sulawesi Selatan Hamidin mengaku langsung fokus terpikir untuk mencegah terorisme tak terulang lagi di Sulawesi Selatan.
Oleh sebab itu, ia mengajak para akademisi dan cendekiawan untuk bersama-sama memecahkan persoalan dalam pencegahan terorisme untuk diprioritaskan.
“Teroris adalah musuh bersama. Penanganan dan penyelesaiannya harus dilakukan secara proporsional dan professional,” tandas jenderal bintang dua jebolan Akpol 1987 ini.