Jakarta – Rusia menyebut Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung koalisi global pimpinan Amerika Serikat (AS) untuk mengalahkan kelompok teroris Islamic State (ISIS), menyebabkan krisis kemanusiaan di kamp pengungsi al-Hawl di Provinsi Hasakah, Suriah.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva menyatakan bahwa kamp tersebut sudah terlalu penuh dengan 73 ribu pengungsi yang sebagian besar berasal dari Baghuz dan sejumlah daerah di mana SDF meneruskan serangan untuk memberantas sisa-sisa anggota ISIS di wilayah tersebut.
Selain dari Baghouz, sebanyak 45 persen pengungsi yang mendiami kamp al-Hawl berasal dari Mosul, sebuah kota di Irak yang dibebaskan dari pendudukan ISIS pada 2017 oleh koalisi anti-ISIS pimpinan AS.
“Izinkan saya mengingatkan bahwa pada saat itu, serangan udara oleh AS dan sekutunya mengakibatkan banyak korban warga sipil Irak dan kerusakan infrastruktur publik di kota tersebut,” kata Dubes Lyudmila dalam penjelasan kepada pers di Jakarta dan dikutip Antara, Rabu (10/4) lalu.
Lebih lanjut, Lyudmila menjelaskan bahwa warga yang melarikan diri dari Mosul ke kamp al-Hawl tidak dapat kembali ke Irak karena pasukan SDF yang mengontrol kamp tersebut tidak membiarkan mereka keluar.
“Posisi tidak konstruktif yang didukung oleh AS ini menyebabkan keprihatinan besar. Tampaknya kelompok yang dikontrol AS, baik di al-Hawl maupun di Rukban, dengan sengaja menahan para pengungsi kembali ke tempat tinggal permanen mereka,” ujar Lyudmila.
Baca juga : Kepolisian Jerman Gerebek Organisasi yang Diduga Danai Hamas
Selain itu, berdasarkan data PBB, pengungsi yang mendiami kamp al-Hawl kekurangan pasokan air dan listrik, fasilitas sanitasi dasar, serta petugas medis dan obat-obatan. Situasi ini mengakibatkan penyebaran penyakit menular dan memperburuk sanitasi.
Sayangnya, menurut Lyudmila, komunitas internasional tidak dapat menanggapi penderitaan para pengungsi di al-Hawl.
PBB memperkirakan kamp al-Hawl membutuhkan 27 juta dolar AS dana bantuan darurat, sementara saat ini hanya sekitar 4 juta dolar AS yang dapat dikumpulkan.
Dubes Lyudmila menyoroti kurangnya perhatian Barat terhadap situasi di kamp al-Hawl, padahal baru-baru ini sebuah konferensi di Brussels yang dihadiri para donor internasional menjanjikan komitmen bantuan kemanusiaan senilai 7 juta dolar AS.
“Saya ingin menekankan bahwa kita berbicara tentang bantuan ke sebuah kamp yang terletak di wilayah yang dikuasai AS dan sekutunya, dengan keterlibatan mekanisme PBB. Ini adalah pertanyaan besar mengapa para donor yang dermawan itu kekurangan dana untuk menyelamatkan para pengungsi dari keadaan mereka yang menyedihkan,” tuturnya.
Kepada para wartawan, Lyudmila juga membantah pemberitaan media Barat yang menyatakan bahwa serangan militer Rusia telah memprovokasi krisis kemanusiaan di Idlib, Suriah.
Menurut dia, serangan tersebut justru ditargetkan untuk menghancurkan kelompok pemberontak Hayat Tahrir Al-Sham. Kelompok tersebut terus menyerang pasukan pemerintah Suriah dan mengakibatkan korban warga sipil.