Liputan6.com, Jakarta – Merebaknya paham radikal di Tanah Air termasuk ISIS, sudah memperihatinkan. Pemerintah pun tidak tinggal diam melihat semakin meluasnya fenomena itu.
Berbagai cara dilakukan untuk menangkal penyebaran paham radikal. Termasuk dengan memperkuat nilai religi yang benar. Penguatan nilai keagamaan tersebut dimasukan dalam program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD). Dimasukannya hal tersebut disambut baik Menteri Agama, Lukman Hakim Saefuddin.
“Program mulia dan baik ini dititiktekankan pada pembangunan fisik dan non-fisik termasuk di dalamnya religiusitas,” kata Lukman di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Kamis (9/4/2015).
Lukman menekankan, penguatan nilai agama yang benar dipercaya dapat menjadi senjata ampuh untuk menangkal radikalisme yang dibawa ISIS. Karena paham ini, kata dia, tidak sesuai dengan nilai murni Islam.
“Sekarang kita menghadapi tantangan di mana paham ini tak hanya bertentangan dengan nilai keagamaan,” jelasnya. “Paham ini sudah merongrong ssendi-sendi keagamaaan. Paham yang dibawa ISIS tidak bisa kita tolerir.”
Dia pun menjelaskan Islam tidak pernah ajarkan kekerasan seperti yang dilakukan ISIS. Sebaliknya Islam adalah agama yang tujuannya menyejahterakan manusia dan memanusiakan manusia.
Wakasad, Letnan Jenderal TNI M. Munir turut menekankan pentingnya pembangunan mental bangsa lewat TMMD. Program yang dulunya bernama ‘ABRI Masuk Desa’ itu tidak cuma dititikberatkan pada pembangunan infrastruktur, tapi juga mental.
“Hal seperti aksi radikal, seks bebas, narkoba, terorisme, fanatisme sempit, dan fenomena ISIS, konsep itu tak cerminkan kepribadian bangsa,” jelas Letjen Munir.
Bangsa Indonesia, ujar Munir, dikenal di dunia luas sebagai bangsa beradab yang di dalamnya tertanam nilai lemah lembut, kasih sayang dan menjunjung tinggi toleransi.”Melalui pembangunan mental TMMD kita mengembalikan harkat dan kepribadian bangsa,” pungkasnya.
Orang Indonesia di Buku ISIS
Dalam buku panduan yang dikeluarkan kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS, disebutkan tentang kedatangan 8 warga Indonesia di Suriah.
Buku berbahasa Inggris tersebut diberi judul Hijrah to the Islamic State (Berpindah ke Negara Islam) dan sepertinya ditujukan bagi mereka yang ingin masuk ke wilayah-wilayah yang dikuasai ISIS di Irak dan Suriah.
Perihal kedatangan delapan warga Indonesia, semuanya laki-laki, disebut oleh Abu Qa’qaa’, warga Inggris yang masuk ke Suriah pada akhir 2013, yang kisahnya tercantum dalam buku tersebut.
“Saya ditanya soal mujahidin internasional. Katanya ada jihadis dari Cina dan Norwegia,” tulis Abu Qa’qaa’ seperti dikutip dari BBC. “Saya jawab betul. Sekelompok orang yang terdiri atas delapan orang dari Indonesia datang ke sini sekitar delapan pekan lalu.”
Beberapa waktu lalu 16 warga Indonesia yang berwisata ke Turki ‘menghilang’ dan diperkirakan bergabung dengan ISIS. Pemerintah Turki juga menangkap beberapa warga Indonesia karena mereka diperkirakan akan memasuki Suriah. (Ein)
sumber : liputan6.com