Jakarta: Masyarakat diharapkan tidak terpecah belah dengan faham radikalisme. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), tokoh agama dan lembaga pendidikan harus terus bersinergi agar faham radikalisme dapat ditanggulangi.
“Kita jangan terjebak dengan berbagai cara atau isu yang tujuannya untuk memecah belah keutuhan bangsa. Keberadaan ISIS yang telah berhasil mengadu domba Sunni dan Syiah,” kata dosen Universitas Islam Negeri, Amirsyah Tambunan, Rabu (13/5/2015).
Sementara itu, Ketua Umum Pusat Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Ahmad Satori Ismail MA mengatakan untuk membendung upaya adu domba yang memanfaatkan agama. Pertama bagaimana memberikan pemahaman yang kuat pada bangsa Indonesia tentang agama mereka.
“Seperti umat islam wajib mengerti bahwa di Islam itu ada mazhab dan aliran-aliran. Pengertian ini harus diberikan agar tidak mudah diadu domba,”ungkapnya.
Kedua, lanjut Satori, perlu dipilah antara syiah sebagai agama dan syiah politis. Menurutnya, sebagai agama, syiah juga ada yang moderat, tapi kalau syiah politis dinilai memang berbahaya karena mereka bukan lagi mengusung islam, tetapi mengusung tentang kemajusian dan kebersihan.
“Jadi harus dibedakan dan tahu perbedaannya. Kalau paham dengan perbedaan itu, insya Allah upaya pecah belah dengan mengatasnamakan sunni dan syiah bisa kita antisipasi. Apalagi syiah imamiyah yang jelas-jelas akan menghancurkan NKRI karena ajaran mereka harus persis dengan yang ada di Iran ,” tukas Satori.
Terkait keterlibatan ISIS dalam upaya pecah belah itu di Indonesia, Satori mengaku belum melihat gejala itu.
“Kalau itu wallohualam. Saya tidak melihat dan semoga tidak terjadi di Indonesia,” tandasnya. (YDH)