Kegelisahan ISIS makin tidak dapat disembunyikan, permainan mereka di dunia maya, terutama dengan mengklaim punya ribuan akun media sosial adalah akal-akalan semata. Kenyataan tersebut menunjukkan posisi ISIS tidak mendapat dukungan luas di kalangan muslim dunia. ISIS melakukan upaya manipulatif dengan mengakali masyarakat seolah mereka diikuti oleh jutaan pengikut (follower).
Brookings Institution dalam sebuah studinya merilis laporan terkait pergerakan ISIS di media sosial. Laporan tersebut menyebut ISIS menggunakan Twitter untuk menyebar rangkaian propaganda dan aksi kekerasan. Tweet dan video yang mereka gunakan ditujukan untuk menebar ancaman dan ketakutan pada masyarakat luas, seperti video eksekusi tawanan.
J.M. Berger, seorang pakar Online Extrimism dan satu dari penggagas penerbitan laporan ini, menyebut pemanfaatan Twitter oleh ISIS pertama kali memanfaatkan media twitter untuk menyebarkan propaganda kekerasan sejak pertengahan tahun 2014 dan terus pesat hingga saat ini.
Berdasarkan laporan itu pula dinyatakan setidaknya terdapat 46.000 akun Twitter yang berada di bawah kontrol atau berafiliasi dengan ISIS. Angka ini merupakan jumlah yang cukup besar untuk membawa ISIS ‘dekat’ dengan masyarakat luas.
Brokings Institution melacak jumlah akun yang dicurigai berafiliasi dengan ISIS tersebut melalui pelacakan terhadap tanda pagar (tagar), jumlah followers, jumlah dan isi pesan, bahasa, timing, dan koordinat geografis yang digunakan si pemiliki akun saat mengupload pesan.
Pihak Twitter sendiri mengaku telah memberi respon positif dengan menutup paksa akun-akun yang berbau ISIS atau yang berisi propaganda kebencian dan kekerasan. Pihak Twitter mengklaim bahwa penutupan akun-akun tersebut didasarkan pada konten-konten akun yang melanggar peraturan utama yang dipegang oleh Twitter, yakni berisi tentang propaganda kebencian dan kekerasan.
Dalam laporan lain berjudul “The ISIS Twitter Census” disebut bahwa dalam kurun September hingga Desember tahun 2014 lalu, twitter telah menutup 1000 lebih akun yang dicurigai berafiliasi dengan gerakan yang berbasis di Suriah tersebut. Sementara ABC News melaporkan bahwa Twitter telah membredel lebih dari 2000 akun dalam satu minggu.
Menangkal Propaganda di Dunia Maya
Propaganda dunia maya sebenarnya sudah ada sejak lama, sehingga apa yang dilakukan oleh ISIS bukan hal yang baru, meski tak bisa dipandang sebelah mata. Karakter media sosial yang terbuka dan nyaris tanpa saring membuat siapa pun dapat menyebarkan informasi (termasuk propaganda) kapanpun dan di manapun. Dengan demikian, informasi yang berhembus di dunia maya belum tentu valid dan benar.
Bagi mereka yang meyakini kedamaian, cinta, dan toleransi sebagai dasar ajaran agama dan prinsip kehidupan, ajakan melakukan kekerasan tersebut dapat dengan mudah ditolak. Apalagi propaganda yang dilakukan oleh ISIS, dengan menebar kebencian dan mempertontonkan aksi-aksi brutal, tidak memiliki dasar sama sekali dalam agama.
Jika anda menemukan konten-konten dalam media sosial yang menganggu kenyamanan dan mengusik kewarasan anda sebagai manusia yang baik, ada 2 hal yang dapat anda lakukan. Pertama, Memberikan respon langsung terhadap konten tersebut dengan komen yang jelas, lugas, dan mencerdaskan. Jangan justru ikut terpancing emosi dengan ikut-ikutan memarahi dengan bahasa-bahasa kasar, apalagi sampai mengkafirkan. Penjelasan yang jelas dapat menolong orang lain terhindar dari informasi keliru (atau sengaja dikelirukan untuk kepentingan tertentu). Kedua, melaporkan langsung konten-konten tersebut ke perusahaan yang menaungi media sosial yang anda gunakan. Setiap media sosial memiliki layanan untuk hal ini. Silahkan laporkan agar akun tersebut dapat diblokir.
Media sosial (dan media massa secara umum) seharusnya disikapi sebatas sebagai ‘pengantar’ informasi saja. Sebagai penikmat media anda memiliki tanggung jawab untuk mencerna dan menelaah lebih lanjut tentang informasi yang anda terima sebelum anda mempraktekkan isi dari informasi tersebut. Mari gunakan media sosial secara cerdas, bijak dan bertanggung jawab.