London – Sally Jones diduga memimpin anggota Brigade al-Khanssaa, kelompok tentara perempuan yang dibentuk Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Dia adalah ibu dua anak asal Inggris yang bergabung dengan ISIS tahun lalu.
Kepala mata-mata Inggris menduga Sally adalah perempuan pemimpin al-Khanssaa yang muncul di video yang beredar di Internet. Menurut laporan Mirror pada Kamis, 16 April 2015, para ahli telah menganalisis video itu dan membandingkannya dengan foto Sally. Mereka menduga video itu direkam di luar sebuah gereja di Suriah.
Sally, perempuan 45 tahun berambut pirang, tadinya adalah gitaris band musik punk pada 1990-an. Belakangan Sally mengatakan ingin memenggal kepala penganut Kristen dengan pisau. Dia pergi ke Suriah ke 2013 dengan putranya yang baru berusia 10 tahun, Jojo. Putranya berganti nama menjadi Hamza.
Sally kini diburu oleh Inggris karena beberapa serangan teror. Dia berganti nama menjadi Umm Hussain al-Britani atau Sakinah Hussain. Sally menyatakan diri sebagai milisi setelah Inggris dan Amerika Serikat, yang menurut dia negara teroris, menyerang Irak serta membunuh muslim.
Awalnya beredar foto ibu dua anak tersebut dengan burka hitam, mengacungkan senapan AK-47, dan membidik sasaran. Seorang sumber di bidang keamanan Inggris menduga video tersebut adalah video pertama yang menampakkan Sally memimpin puluhan perempuan di Suriah. “Ini bukti pertama dia di level tinggi al-Khanssaa,” ujar sumber itu. Seperti video ISIS lainnya, video berdurasi 5 menit itu menggunakan musik latar.
Tampak beberapa perempuan membawa tas di bahu mereka. Meski burka yang mereka kenakan hanya menyisakan bagian mata, banyak di antara mereka terlihat berkulit putih. Perempuan yang diduga Sally berteriak dalam bahasa Arab sambil mengepalkan tangan ke udara dan diikuti para perempuan lain. “Kita tidak bisa meremehkan ancaman mereka pada keamanan kita,” kata sumber itu lagi.
Sally menikahi hacker Junaid Hussain, 20 tahun, yang sebelumnya dipenjara karena mencuri data pribadi mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair. Tahun lalu Hussain diketahui bekerja membajak komputer untuk ISIS. Pasangan Sally-Hussain diyakini tinggal di Raqqa, tempat pemenggalan dan penyaliban biasa dilakukan di hadapan publik.
Keluarga Sally terguncang mengetahui perubahan pada diri Sally. Kakak Sally, Patrick,52 tahun, tidak mau berkomentar.
Menurut International Center for the Study of Radicalisation, setidaknya ada 30 perempuan Inggris berangkat ke utara Suriah. Sally diduga tinggal dengan Khadijah Dare, perempuan asal London dan Asqa Mahmood asal Glasgow. Mereka menjadi perekrut gadis Inggris yang hendak bepergian ke Suriah.
sumber : tempo.co