Pada akhir-akhir ini kita sering mendengar bahwa banyak sekali orang yang mudah emosi, tidak jujur, tidak mengormati orang lain, lebih mengutamakan egonya dan lebih suka menyelesaikan dengan cara kekerasan dari pada dengan cara baik-baik. Kita sering melihat beberapa kejadian di masyarakat kita, bahwa memang budaya cuek yang ada di masyarakat semakin meningkat.
Di beberapa tempat ada kejadian seperti perkelahian antar satu kampung dengan kampung lain, ada perkelahian antar anak sekolah, perkelahian mahasiswa satu kampus atau beda kampus. Ada perkelahian antara organisasi kemasyarakatan, ada pula seorang anak yang “kurang ajar” terhadap orang tua mereka, siswa sekolah yang sudah tidak menganggap gurunya sebagai orang yang harus dihormati dan banyak pula kejadian yang lebih berhubungan dengan sikap dan perilaku.
Ini mungkin disebabkan karena budi perkerti yang ada rendah, sehingga mudah melakukan hal yang tidak baik. Jika dilihat dengan semakin banyaknya kejadian akibat kurangnya budi pekerti pada diri seseorang, tentunya harus dilihat penyebab atau akar masalah dari kejadian tersebut.
Apabila terjadi suatu hal yang berhubungan dengan budi pekerti, tentunya itu tidak terlepas dari peran awal keluarga, yaitu bagaimana seorang anak didik oleh orang tuanya, oleh lingkungan di sekitar rumahnya dan akhirnya adalah lingkungan dimana mereka bergaul, termasuk di sekolah.
Kehidupan ini tidak terlepas dari kondisi dan pengaruh yang ada mulai sejak masih anak-anak, kemudian masa remaja dan masa dewasa. Kondisi seperti ini tentunya sangatlah mempengaruhi perkembangan seseorang. Bagi individu yang tidak didik hal yang baik-baik, tentunya sebagai seorang anak kemungkinan pada saat mereka besar, mereka tidak akan ada rasa peduli dengan perkembangan lingkungan sekitarnya.
Salah satu jalan keluar untuk mengurangi sikap atau perilaku yang tidak baik dari individu-individu kita adalah diajarinya kembali kurikulum budi pekerti. Kurikulum budi pekerti yang dulu pernah diajarkan pada dekade tahun 1950-an s/d 1960-an. Tetapi setelah itu tidak ada lagi kurikulum tentang budi pekerti. Melalui pendidikan budi pekerti, yang diajarkan sejak dini mungkin harus mulai diajarkan kembali kepada para siswa sekolah, sehingga budi pekerti atau karakter yang baik dari seseorang dapat lebih tertanam sejak dini.
Dalam pendidikan budi pekerti yang dapat diajarkan kepada pada para siswa, diantaranya tentang saling hormat menghormati, tanggung jawab, kejujuran, empati, keadilan, inisiatif, keberanian, ketekunan, rasa optimis, integritas, sopan santun, adab begaul dan kualitas moral atau mental.
Perkembangan teknologi dan informasi saat ini tentu tidaklah dapat dibendung, yang harus melakukan filter terhadap serangan informasi yang deras saat ini adalah pentingnya peran para orang tua. Dilain pihak, secara individu diri kita, dapat memulai untuk menerapkan hal-hal tentang budi pekerti yang baik.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan budi perkerti yang baik itu. Kita mengenal ada beberapa atribut karakter budi pekerti yang penting, seperti kejujuran, integritas dan fairness yang dijadikan sebagai model. Paling tidak ada 10 point budi pekerti yang dapat dijadikan pegangan untuk memberikan penjelasan kepada anak-anak kita, diantaranya saling menghargai, bertanggung jawab, jujur, empati, keadilan, inisiatif, motivasi, ketekunan, rasa optimis, dan integritas.
Di luar negeri pendidikan budi pekerti dikenal dengan character building, termasuk di Amerika Serikat. Character building yang dipelajari sudah menjadi barang langka, karena sifat mereka hampir sebagian besar liberal atau bebas dalam pergaulan. Walaupun mereka termasuk negara liberal, tetapi mereka tetap memerlukan pengajaran character building bagi anak-anak mereka.
Sebenarnya apabila kita merenung, dan mengungkapkan pertanyaan masih perlukah budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari ? Tentu ini bukanlah pertanyaan pepesan kosong, karena ini menyangkut generasi indonesia yang akan datang. Jangan sampai generasi mendatang kita tidak mengerti tentang apa itu budi pekerti yang baik.
Pengembangan budi pekerti pada anak adalah salah satu tugas orang tua yang paling penting. Untuk itu budi pekerti adalah kunci dalam penyediaan seseorang menjadi bertanggung jawab dengan moral dan mental yang baik. Dan itu perlu dilakukan secara bertahap dengan memperdalam komitmen dan nilai-nilai budi pekerti yang ada.
Disini pula ada kewajiban pemerintah untuk memberikan kembali kurikulum tentang budi pekerti secara khusus. Karena apabila melihat cara pendidikan saat ini lebih kearah liberalisme, dan kadang lupa untuk membangun budi pekerti yang baik bagi individu-induvidu warga negara.
Jika pendidikan budi pekerti dipelajari kembali secara khusus dan dikenalkan sejak dini, maka sifat-sifat seperti anarkisme, tidak menghargai orang lain, bersikat egois, tidak jujur dapat ditekan atau bahkan bisa dikurangi. Diharapkan melalui cara ini setiap individu dapat mempunyai moral dan mental yang baik, sehingga hal ini dapat menjadi hal yang baik bagi generasi kita yang akan datang.
Sumber: kompasiana