Washington – Aparat keamanan FBI menangkap Hasher Jallal Taheb (21), seorang pria Georgia yang berencana menyerang Gedung Putih dengan roket anti-tank. Ia ditangkap usai menukar mobilnya dengan senjata dan bahan peledak.
Menurut Jaksa AS, Byung J. “BJay” Pak, Taheb yang berasal dari Cumming ditangkap atas dugaan merusak sebuah bangunan milik pemerintah Amerika Serikat menggunakan api atau bahan peledak.
Di balik penangkapan Taheb, ada cerita mengejutkan dari seorang agen FBI yang memberikan pernyataan di pengadilan. Mulai dari dugaan Taheb telah diradikalisasi, hingga cara ia mendapatkan senjata.
Sebagaimana dilansir TVNZ, agen itu menuturkan bahwa sebuah badan penegak hukum setempat menghubungi FBI pada bulan Maret setelah mendapat informasi dari “seseorang” yang mengatakan bahwa Taheb telah diradikalisasi.
Taheb berencana mengubah namanya, dan pada bulan Oktober akan pergi ke salah satu negara yang didominasi ISIS
Karena dia tidak memiliki paspor, Taheb tidak bisa bepergian ke luar negeri. Taheb lalu memberi tahu “orang” itu bahwa dia ingin melakukan serangan di AS terhadap Gedung Putih dan Patung Liberty.
Taheb telah bertemu dengan “orang” yang menjadi sumber FBI itu beberapa kali bulan lalu. Dia juga sering berhubungan menggunakan aplikasi pesan terenkripsi.
Baca juga : Viral, Aksi Individu Anggota SAS Selamatkan Sandera Teroris di Nairobi
Dalam sebuah pertemuan, “orang” tersebut menyarankan bahwa pergi ke negara lain adalah sebuah hal yang lumrah. Tetapi jika tetap di Amerika Serikat, akan dapat melakukan lebih banyak kerusakan.
Taheb lalu mengatakan bahwa jihad adalah kewajiban. Dia ingin melakukan kerusakan sebanyak mungkin, dan berharap mati “syahid” ketika melakukan serangan.
Dalam pertemuan lain, Taheb menunjukkan kepada “orang” asing itu sebuah gambaran serangan dengan menyertakan ilustrasi Gedung Putih.
Ia kemudian meminta “orang” tersebut mendapatkan senjata dan bahan peledak yang diperlukan untuk melakukan serangan. Mereka akhirnya membahas transaksi senjata dengan ditukar mobil.
Kepada “orang” itu, Taheb mengatakan butuh “titik pertemuan” untuk dapat berkumpul kembali dan dapat merekam video propaganda.
“Ia menyatakan dirinya akan menjadi narator, klip-klip Muslim yang tertindas akan diperlihatkan, dan bendera Amerika dan Israel ditampilkan terbakar menjadi latar belakang,” kata pernyataan agen FBI tersebut.
Pekan lalu, Taheb mengatakan kepada “orang” tersebut akan mengambil senjata minggu ini dan langsung pergi ke Washington untuk melakukan serangan.
Taheb mengatakan ia akan mendekati Gedung Putih dari jalan belakang, menyerang polisi kemudian Gedung Putih menggunakan senjata anti-tank untuk membuka pintu, lalu menurunkan sebanyak mungkin orang dan melakukan sebanyak mungkin kerusakan.
Taheb juga mengaku kepada “orang” itu bahwa dirinya tidak pernah menembakkan senjata. Tapi ia menyatakan sudah belajar dengan mudah dengan menonton beberapa video tentang bagaimana meledakkan granat.
Taheb akhirnya bertemu dengan “orang” tersebut pada Kamis (17/1) di tempat parkir di Buford untuk menukar mobil dengan senapan serbu semi-otomatis, tiga perangkat peledak dengan detonator jarak jauh dan roket anti-tank.
Seorang rekan “orang” asing tersebut akhirnya bertemu dengan mereka berdua dan memeriksa kendaraan. Ia tiba dengan senjata dan bahan peledak yang telah direncanakan.
Saat itu, Taheb dan “orang” itu sedang berbicara mengenai cara menggunakan senjata dan meledakkan bahan peledak dan cara menggunakan roket anti-tank.
Taheb dan “orang” yang ia anggap sebagai teman itu kemudian menyerahkan kunci mobil ke rekannya. Lalu dimasukkanlah bahan peledak dan senjata itu ke mobil sewaan.
Setelah mereka masuk ke mobil dan menutup pintu, “orang” yang ternyata seorang agen intelijen itu pun menangkap Taheb.