Eksklusif : Pelarianku dari Perbudakan Seks dan ‘Pernikahan’ Paksa dengan Teroris ISIS

Setelah ditangkap oleh militan ISIS saat sedang melakukan perjalanan udara menuju sebuah pemukiman di Irak Utara, Tel Qassab, pada Agustus lalu, seorang perempuan muda dari suku Yazidi membeberkan usaha kerasnya untuk melarikan diri dari ‘pernikahan’ paksa dengan seorang teroris berkebangsaan Australia, Khaled Sharrouf, serta dari serangkaian teror lain yang ia terima dari 9 teroris lainnya.

gadis berusia 19 tahun ini, sebut saja namanya “Kaleela”, (nama asli tidak dapat disebutkan demi alasan legal dan keamanan), disekap di sebuah rumah tiga lantai di daerah kekuasaan ISIS, Mozul, sebelum akhirnya dipindah ke persembunyian teroris di Siria.

dalam sebuah pengakuannya kepada beberapa pegiat hukum Irak, ia menceritakan “di lantai satu, ada banyak perempuan dan gadis belia dari suku Yazidi, sementara di lantai dua laki-laki anggota ISIS tinggal. kami (perempuan) dipaksa tinggal di rumah itu selama 15 hari, dimana kami secara terus-menerus dibius”

“kami begitu menderita akibat berbagai perlakuan tidak manusiawi yang mereka (isis) lakukan; mereka menjual kami sebagai budak. setiap hari selalu ada orang yang datang untuk membeli beberapa dari kami”

ketika Kaleela menolak untuk ‘menikah’ dengan seorang anggota ISIS bernama Abu Ayoub, laki-laki itu lantas menjualnya kepada seorang anggota lain yang terkenal schizophrenic dengan latar belakang mengerikan, laki-laki ini di kalangan ISIS dikenal dengan nama Abu Zargawi.

Khaled Sharrouf sendiri adalah seorang buronan Australia yang kabur dari negara kanguru itu untuk bergabung dengan ISIS.

“saat itu Saya sedang bersama dengan seorang teman berusia 11 tahun ketika saya dijual ke Abu Zarqawi sebesar 40.000 dinnar irak (sekitar Rp.546 ribu)” lanjutnya

“saya dibawa ke rumahnya yang berada tak jauh dari pusat pembangkit listrik di kota Raqqa -sekitar 5 menit perjalanan menggunakan mobil”

di rumah itu ia bertemu dengan 6 gadis lainnya, 4 berasal dari desa Kojo dan 2 lainnya berasal dari daerah Till Azir dan Hatmyah. Sharrouf menempatkan mereka semua di sebuah ruangan yang dibuat mirip ruang tamu dan menyuruh mereka melakukan berbagai pekerjaan rumah.

“dia bilang padaku, ‘kamu dan kamu (nama dirahasiakan) akan menjadi Nikah-ku” ISIS menggunakan istilah “nikah-ku” untuk menunjukkan budak-budak perempuan yang mereka nikahi secara paksa. “sisanya, akan jadi pembantuku!”

“dia lalu menyuruh saya ke lantai dua, tapi aku bilang padanya, kami ini seperti anak-anak perempuanmu, bagaimana bisa kamu begitu tega pada kami? dia begitu marah dengan perkataan saya, lalu dengan suara lantang ia bilang “aku membelimu untuk menjadi istriku, bukan anakku!”

sharrouf mengancam akan menjual Kaleela kepada anggota ISIS yang lain, tetapi dua hari kemudian ia mendapat ‘tugas’ untuk berangkat perang. ia berjanji akan menikahinya sepulangnya dari perang. dalam sebuah video yang diunggah pada 7 februari tampak seorang laki-laki yang dipercaya sebagai Sharrouf mengeksekusi seorang tahanan.

Khaled Sharrouf
seorang tentara ISIS yang dipercaya sebagai sharrouf dalam sebuah video eksekusi yang dirilis ISIS pada 7 Februari Silam

Dengan bantuan seorang perempuan lain, Kaleela berhasil melakukan panggilan telepon untuk meminta bantuan penyelamatan. “Orang tua kami bilang bahwa mereka sedang berusaha mengumpulkan uang tebusan untuk membebaskan kami dari ISIS. mereka lantas meminta seseorang untuk menjemput kami pada pukul 4 pagi, ia menunggu kami tak jauh dari tempat kami tinggal. para perempuan itu kemudian dibawa ke sebuah rumah persembunyian dan diminta untuk mengenakan pakaian serba hitam, “seperti yang dikenakan oleh perempuan-perempuan ISIS pada umumnya, supaya kami bisa melewati check point yang dijaga oleh anggota ISIS”

dan setelah mereka berhasil melakukan perjalanan hingga Turki melalu rute ilegal, mereka akhirnya sampai ke Kurdistan dalam keadaan selamat.

Kisah tentang Kaleela ini baru baru menjadi perhatian besar setelah seorang ahlli hukum untuk kasus kriminal dan anggota sebuah pasukan yang berbasis di London yang fokus pada permasalahan pembantaian suku Kurdish, Hugo Charlton, mendengar cerita tentang Kaleela dari kolega-koleganya di Irak.

“Sekitar 2 ribu hingga 4 ribu perempuan dari suku Yazidi telah diperbudak dan disiksa, ini benar-benar mengerikan!” katanya, “buronan seperti Khaled Sharrouf harus diseret ke pengadilan untuk menghentikan budaya kebal hukum yang membayangi kejahatan seksual di area konflik”

“perempuan-perempuan Yazidi dianggap “kafir” oleh ISIS” kata seorang pegiat hukum untuk hak-hak perempuan dan direktur Widows for Peace through Democracy (WPTD), Margareth Owen. “Mereka (para perempuan) bukan hanya dipaksa untuk ‘menikah’, mereka juga diperlakukan sebagai selir dan harta rampasan!”

“meskipun tak ada kepastian bahwa buronan ini akan bisa ditangkap, disidang dan dihukum, tetapi pengalaman-pengalaman pahit para perempuan itu harus didokumentasikan dengan benar untuk kemudian dijadikan sebagai bukti. dokumen tersebut harus ditata sedemikian rupa untuk menghormati martabat mereka dan menjaga kepercayaan mereka” tutupnya.

Editor : Khoirul Anam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *