Katanya, membaca akan membuka dunia, sehingga semakin sering membaca akan membuat orang semakin bisa melihat dunia. Namun, yang makin umum terjadi saat ini justru berbeda: membaca akan menciptakan dunia, dunia ‘kita’ dan ‘mereka’. Dunia yang kecil dengan pemahaman kerdil.
Kalau begitu, apakah membaca merupakan aktifitas yang buruk? Tentu tidak! Membaca tetap aktifitas yang sangat baik, dari situ ada banyak informasi penting yang dapat dipetik. Hanya saja diperlukan ketelitian dan kelapangan dada untuk menentukan bacaan seperti apa yang akan dibaca.
Kenapa harus teliti? Karena saat ini semakin banyak tulisan yang mengatasnamakan berita, padahal isinya agitasi dan propaganda. Kenapa pula harus lapang dada? Tentu karena membaca berita memerlukan kepekaan bukan saja ketika menerima informasi, tetapi juga untuk melakukan cross-check (tabayyun) terhadap kebenaran berita tersebut. Jangan sampai berita yang kita baca ternyata hanyalah tumpukan dusta.
Dengan kata lain, selalu up date dengan membaca berita adalah hal bagus, tetapi jika tidak berhati-hati terhadap berita, sisi kemanusiaan kita malah bisa hangus. Karena tidak jarang, apa yang kita baca bukan lagi sepenuhnya fakta, melainkan sebuah narasi penggiringan opini dengan sumber yang super mini. Jika tidak berhati-hati, kepala kita bisa penuh dengan beragam provokasi yang akan membuat kita lupa pada diri sendiri.
Kita juga tentu masih ingat dengan beragam pemberitaan yang isi pemberitaannya disinyalir tidak lebih dari sekedar pengalihan isu. Menggiring perhatian masyarakat agar sejenak lupa dengan kejadian besar yang seharusnya menjadi fokus bersama. Masyarakat dijejali dengan berita-berita bahagia supaya mereka lupa bahwa ada pejabat negara yang sedang menggerogoti uang mereka. Masyarakat juga makin sering dicekoki pemberitaan bombastis hanya agar pemberitaan tampak begitu dramatis.
Kita tentu masih ingat dengan fenomena tagar #KembalikanMediaIslam yang sempat menjadi trending topik di jagad twitter beberapa waktu yang lalu. Dengan mengusung nama ‘Islam’, tagar ini berhasil menarik perhatian banyak orang, terutama mereka yang sudah sering termakan pengalihan isu dengan mencomot nama agama.
Sehingga ketika ada nama agama tertentu yang digunakan, maka langsung muncul semangat untuk ikut ‘berjuang’. Terlepas dari benar tidaknya isi berita, selama ada nama agama, masyarakat digiring untuk percaya bahwa pasti akan ada kebaikan di dalamnya.
Oleh karenanya membaca harus selalu disertai dengan sikap tabayyun, yakni konfirmasi atas kebenaran berita tersebut. Jangan sampai maksud hati untuk mendapatkan informasi malah menggiring kita ke sikap penuh dengki dan benci. Akhirnya, selamat membaca dan tetap waspada!