Bogor – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melanjutkan upaya melakukan deteksi dini dan pencegahan terhadap gerakan terorisme di bumi Indonesia. Salah satunya adalah melakukan pembinaan kemampuan dan penanggulangan terorisme kepada aparat terkait di wilayah-wilayah,mulai tingkat satu, tingkat dua, sampai ke tingkat kelurahan.
Itu diwujudkan BNPT dengan menggelar Pembinaan Kemampuan Penanggulangan Terorisme Terhadap Babinkamtibmas, Babinsa dan Lurah se-Bogor, Jawa Barat. Acara tersebut digelar di Aula Gedung Bima, Markas Komando Grup C Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), Lawang Gintung, Bogor, Selasa hingga Kamis (17-19/03/ 2015).
Deputi II Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT, Irjen Pol. Arief Dharmawan yang mewakili kepala BNPT mengatakan bahwa tujuan digelarnya acara ini tentunya untuk melakukan pengamatan yang lebih tajam terhadap ketiga unsur ketika melihat adanya ancaman radikalisme yang mengarah kepada terorisme.
“Ketika pengamatan lebih tajam maka kita akan dilatih apa yang harus dilakukan ketika pengamatan itu sudah didapat. Jadi semacam ada olah dasar dari informasi yang diperoleh tentang sebuah gejala yang ada di lingkungan wilayah sekitarnya. Untuk itu kita harus waspada, karena tindakan terorisme tidak dapat dipastikan kapan akan terjadi,” ujar Arief..
Menurut Arief, Babinkamtibmas, Babinsa, dan Lurah itu adalah ujung tombak dalam sendi-sendi pemerintahan. Diharapkan dengan adanya sinergi antara BNPT dengan ketiga unsur pemerintahan di tingkat paling bawah itu, bisa mendeteksi secara dini kemungkinan adanya gerakan-gerakan terorisme yang selama ini tersembunyi. Dengan demikian, maka ancaman terorisme itu akan bisa diantisipasi dan dicegah lebih awal.
Arief mencontohkan kalau selama ini mungkin ada hal-hal orang yang misalnya ceramah teriak-teriak itu adalah hal biasa. Lalu seperti semacam kelompok-klompok yang bersifat eksklusif, tidak bergabung dengan masyarakat lainnya juga dianggap hal yang biasa. Kemudian papan tulisan yang selama ini ada dirumah-rumah bertuliskan tamu wajib lapor 1 x24 jam itu, menurutnya sekarang hanya sebuah plang atau suatu plakat yang tidak ada apa-apanya.
“Nah kita ingin hal tersebut tidak lagi terjadi. Mereka yang akan jadi mata dan telinga serta kunci informasi pertama di wilayah masing-masing untuk mendeteksi ancaman radikalisme dan tindakan terorisme yang ada di kota Bogor,” ujar mantan Kapolres Temanggung ini.
Arief memastikan kegiatan semacam ini akan terus digalakkan di berbagai provinsi di Indonesia. “Untuk tahun 2015 ini ada delapan tempat. Di Bogor, NTB, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan Dan kegiatan ini sudah kita lakukan sejak tahun 2013 lalu,” tuturnya.
Saat ini, sudah ada 13 provinsi yang telah dilakukan kegiatan serupa seperti Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bangka-Belitung, Lampung, Banten, DKI, seluruh Jawa, Bali, NTB, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Maluku.
“Justru ke-13 provinsi provinsi itu yang lebih dulu diutamakan pelatihan. Dan alhamdulillah dari apa yang sudah kita lakukan sepanjang beberapa tahun ini, ada semacam peningkatan informasi yang kita peroleh,” imbuhnya.
Dengan adanya kegiatan tersebut dirinya berharap dari ketiga unsur ini dapat memberdayakan masyarakat karena selain komposisi yang ada di pemerintahan, BNPT juga membentuk Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKTP) di masing-masing provinsi.
“Dan masih ada lagi forum yang dibentuk oleh Pemda, misalnya forum deteksi dini dan sebagainya yang kita harapkan dapat memberdayakan masyarakat. Bukan hanya daya cegah lagi, tetapi daya tangkal. Kalau forum-forum itu berjalan dengan baik dan makin memasyarakat, maka akan betul-betul menjadi sebuah benteng bagi kita. Insya allah tidak ada lagi peningkatan kelompok-kelompok radikal apalagi tindakan terorisme di Indonesia,” katanya.
Sementara itu Sekretaris Utama (Sestama) BNPT, Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir menambahkan, pembekalan pembinaan dalam rangka menanggulangi teroris ini, melibatkan unsur daerah agar peka terhadap kegiatan di lingkungan sekitarnya. “Tentunya dengan kegiatan pembinaan ini agar seluruh komponen masyarakat dapat membantu aparat wilayah dalam penanggulangan terorisme,” ujarnya
Menurutnya, kegiatan terorisme selama ini bisa berjalan karena kurangnya upaya pencegahan dari masyarakat yang jarang melaporkan langsung tindakan mencurigakan kepada pihak terkait. “Karena aktivitas terorisme berawal dari lingkungan, pencegahan harus dilakukan dengan mengajak masyarakat agar melapor secara cepat kalau ada ekslusivitas yang mencurigakan,” papar Abdul Rahman. (Tim Media BNPT)