Jakarta – Pihak kepolisian terus menyelidiki kasus penembakan polisi yang terjadi hingga 5 kali dalam 3 bulan terakhir ini. Polisi tidak dapat bekerja sendiri, melainkan harus bekerja sama dengan pihak-pihak terkait.
“Densus 88 dan Satgas BNPT harus bekerja sama berdasarkan data yang akurat agar tidak terjadi salah tangkap,” ujar anggota Komisi I DPR RI yang juga pengamat intelijen, Susaningtyas Kertopati, saat dihubungi detikcom, Rabu (11/9/2013) malam.
Nuning mengatakan, memang tidak mudah bagi polisi untuk mengungkap pelaku penembakan tersebut. Sebab modus operandi atau objeknya sama, namun sosok pelaku dapat saja heterogen.
“Hal ini membuat aparat harus lidik dengan metoda baru sehingga dapat lebih cepat mendeteksi,” terang Nuning.
Sementara mengenai lokasi (locus) penembakan, menurut Nuning juga harus menjadi salah satu variabel yang perlu dicermati. Sebab lokasi mungkin saja hanya merupakan sebuah kebetulan, namun juga dapat memiliki tujuan khusus.
“Kita juga harus lihat saat itu korban sedang lakukan pengawalan terhadap perangkat pembuatan jalan, ini pun harus dijadikan atensi,” tuturnya.
Menurutnya, di situlah pentingnya uji balistik dan lidik Baintelkam. Sehingga rekam jejak, motif, pola maupun tujuan penembakan dapat terkuak secara utuh.
“Karena kita tak bisa tentukan tanpa deskripsi faktualnya siapa sejatinya penembak,” terang Nuning.
Ia menegaskan, polisi dan BNPT harus benar-benar cermat dalam mengungkap kasus ini. “Bila salah tangkap dan penanganan, justru akan menyuburkan dendam baru dan sulit dihentikan giat terorisme tersebut,” ujarnya.
sumber: detiknews