TRIBUNNEWS.COM, JOMBANG – Guna mengeliminasi aksi radikalisme berkedok Islam, Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), Densus 88 Anti Teror Polri, dan GP Ansor Jatim melakukan sosialisasi bahaya radikalisme kepada ratusan santri di Ponpes Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang, Kamis (2/5/2013), sore.
Sosialisasi kepada santri ini dilakukan agar bahaya dan dampak negatif radikalisme bertopeng Islam bisa dihindari. Selain itu juga sebagai upaya deteksi dini terkait gerakan terorisme yang cukup meresahkan itu.
“Sosialisasi bertujuan mencegah sejak dini pertumbuhan teroris di kalangan pesantren. Dengan begitu, para santri yang masih muda tidak mudah untuk dicuci otak oleh kelompok radikal,” kata Kombes Pol Thoriq, salah satu petinggi BNPT.
Ketua Pengurus Wilayah GP Ansor Jatim Alfa Isnaeni mengatakan, paradigma teroris berkembang di pesantren harus dibuang jauh-jauh. Pesantren adalah tempat mencari ilmu, terutama ilmu agama. Bukan sebaliknya, pesantren sebagai lahan subur untuk menyemai bibit radikalisme.
“Bagi kami NKRI adalah harga mati. Sedangkan pesantren adalah tempat untuk menuntut ilmu agama dan digunakan untuk kemaslahatan umat. Paradigma pesantren sebagai akar teroris harus dibuang,” ujar Alfa.
Salah satu pengasuh Ponpes Bahrul Ulum, Solahul Am Notobuono atau Gus Aam, menyambut baik upaya yang dilakukan BNPT tersebut.
Ia juga mengatakan selama ini pesantren Tambakberas masih konsisten mengembangkan pengetahuan agama. Dengan begitu, dari rahim Bahrul Ulum akan mampu melahirkan intelektual islam yang mumpuni. Setia kepada NKRI dan selalu berpegang pada nilai aswaja (ahlus sunah wal jamaah).
Selain diikuti santri, sosialisasi tersebut juga diikuti oleh puluhan anggota GP Ansor dan Banser dari seluruh cabang di Jawa Timur.
Pada acara ini, BNPT juga membeberkan serangkaian aksi terorisme berkedok Islam yang beraksi di Indonesia.
“Acara ini sangat banyak manfaatnya kami kalangan pesantren,” ujar Gus Aam yang juga Ketua GP Ansor Jombang.
sumber: tribunnews