Baghdad – Militer Irak menyiagakan 30.000 tentara di sepanjang perbatasan barat Irak untuk mencegah invasi kelompok teroris Islamic State (ISIS) dari wilayah Suriah. Baghdad tidak ingin peristiwa invasi kelompok ekstremis pada 2014 lalu terulang lagi.
Dua brigade Angkatan Darat Irak, masing-masing mengerahkan 3.000 hingga 5.000 tentara sejumlah wilayah perbatasan dalam hari terakhir.
Selain itu, milisi Muslim Syiah yang dikenal sebagai Pasukan Mobilisasi Populer (PMF) mengumumkan bahwa 20.000 pasukannya telah dikerahkan kembali ke perbatasan yang sama. “Untuk menjamin keamanan wilayah perbatasan setelah beberapa desa Suriah jatuh di bawah kendali ISIS,” kata PMF dalam sebuah pernyataan.
Irak belum bisa melupakan peristiwa menyedihkan ketika kelompok ISIS (Islamic State) mengambil alih provinsi Nineveh dan mengumumkan kekhalifahan sebelum menyebar lebih jauh ke wilayah lain di negara tersebut.
Banyak daerah di Suriah dan Irak yang baru saja dibebaskan dari kendali ISIS. Namun, provinsi Anbar di Irak barat masih menjadi rumah bagi banyak militan kelompok tersebut.
Baca Juga : Turki dan AS Patroli Gabungan Usir Teroris YPG/PKK dari Manbij
Pekan lalu, kelompok militan ISIS meluncurkan salah satu serangan paling sengit tahun ini terhadap kelompok opsosisi Suriah yang didukung Amerika Serikat (AS), Pasukan Demokratik Suriah (SDF). Serangan itu menewaskan sekitar 70 personel SDF.
PMF mengklaim telah menewaskan dua komandan ISIS yang bertanggung jawab atas serangan terhadap SDF.
Bulan lalu, ISIS menyerbu desa Gharib di Irak utara dan menewaskan tiga penduduk desa serta melukai sembilan warga lainnya setelah penduduk menolak untuk berkolaborasi dengan mereka. Kelompok itu menuntut diberi persediaan makanan dan amunisi.
Hisham al-Hashimi, seorang ahli ISIS yang memberi nasihat kepada pemerintah Irak, mengatakan kelompok militan itu sekarang beroperasi seperti yang terjadi pada 2010. “Meski kehilangan wilayahnya, mereka masih memiliki senjata untuk menyerang,” katanya, seperti dikutip NBC News, Sabtu (3/11).
Sebuah laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan Agustus mengatakan ISIS memiliki hingga 30.000 anggota yang didistribusikan di Suriah dan Irak. Kelompok itu juga masih memiliki jaringan global yang tetap menimbulkan ancaman.
“Jangan salah tentang itu, karena ISIS telah runtuh ke dalam, dengan cara mereka sendiri, mereka telah memperkuat sebuah pusat karena mereka telah dipaksa memasuki apa yang sekarang kurang dari 2 persen dari wilayah asli mereka,” kata Menteri Pertahanan Amerika Serikat James Mattis di Paris bulan lalu.