Manila – Aksi teror pengeboman di Gereja Katedral, Jolo, Sulu, Filipina Selatan, pada Minggu (27/1), menelan korban jiwa 27 orang dan melukai 77 orang sampai saat ini.
Ledakan bom terjadi dua kali di Katedral Our Lady of Mount Carmel. Bom pertama meledak di dalam gereja saat misa berlangsung yakni sekitar pukul 08.45 waktu setempat, disusul ledakan kedua di halaman parkir dekat pintu masuk saat pasukan keamanan tiba.
Sejauh ini belum ada pihak yang bertanggung jawab. Pun begitu, kepolisian Filipina mencurigai aksi ini didalangi kelompok teroris pimpinan Abu Sayyaf.
“Mereka ingin menunjukkan kekuatan dan menebar kekacauan,” kata kepala kepolisian Filipina, Oscar Albayalde, kepada radio DZMM.
Provinsi Sulu merupakan wilayah di Mindanao, di mana banyak warganya menolak hasil referendum. Namun belum diketahui apakah insiden ini terkait dengan hasil referendum atau tidak.
Baca juga : Arab Saudi Masuk Daftar Negara Pendana Terorisme Versi UE
Hasil referendum yang diumumkan pada Jumat lalu mengisyaratkan muslim di Mindanao berhak membentuk pemerintahan otonomi baru yang kemungkinan akan diberi nama Bangsamoro. Pemilihan itu menunjukkan hasil meyakinkan dengan 1,7 juta penduduk mendukung dan sekitar 254.600 menolak.
Referendum ini diadakan sebagai hasil kesepakatan damai antara pemerintah dengan Front Pembebasan Islam Moro (MILF).
Pihak berwenang sebelumnya menyatakan harapan bahwa referendum ini menjadi solusi politik untuk mengakhiri konflik selama 40 tahun antara separatis dan tentara Filipina yang telah merenggut 150.000 nyawa.