BNPT Harapkan IBT Jadi Garda Terdepan Perangi Pengaruh Negatif Cyber War

 

Jakarta – Laju perkembangan teknologi informasi dewasa ini, menyebabkan penggunaan media sosial di dunia maya seperti fasilitas chatting, facebook, twitter dan jaringan sosial media lainnya di Internet sudah semakin berkembang pesat.  Namun tanpa kita sadari berbagai pihak ataupun kelompok tertentu telah menggunakan teknologi internet untuk melakukan peperangan atau yang lebih dikenal dengan cyber war dengan mulai meninggalkan perang konvensional.
 
Untuk mencegah hal tersebut sebuah komunitas Indonesian BackTrack Team (IBT) mengadakan sebuah seminar tentang Save The Nation From Cyber War yang digelar di Universitas Yarsi Jakarta, Sabtu (14/3/2015). IBT sendiri adalah komunitas pengguna backtrack dan kali-linux di Indonesia yang merupakan  penggiat keamanan jaringan komputer di Indonesia. Seminar itupun dihadiri hampir 600 mahasiswa yang selama ini selalu aktif di dunia maya. IBT juga menjadi salah satu komunitas binaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPT) dalam memerangi propaganda terorisme di duina maya.
 
Pembina IBT Irjen Pol Arief Dharmawan mengungkapkan bahwa ada sisi positif dan ada sisi negatif dalam adanya perkembangan teknologi terutama internet. Pastinya, ia berharap IBT bisa menjadi garda terdepan dalam memerangi propaganda-propaganda negatif di dunia internet, terutama dari kalangan teroris.

“Ketika bicara bahwa teknologi itu bisa membuat hidup kita mudah, maka kita juga harus bicara bahwa memanfaatkan teknologi itu menjadi diri kita bermanfaat dan menambah kinerja. Memanfaatkan teknologi secara positif baik itu teman, keluarga, tetangga dan terus semakin besar maka akan menjadi kesatuan di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini semakin kuat. Ketika hal tersebut sudah terbangun, saya yakin bahwa tidak ada satu pun negara yang sanggup mengalahkan kekuatan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia,” ujar Arief yang menjabat Deputi II Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT itu.
 
Karena menurut Arief, hal positif dari sebuah teknologi itulah yang dibutuhkan. Karena yang namanya cyber war menurutnya secara kasat mata belum atau tidak terlihat. “Tetapi kalau adik-adik bisa membaca di koran atau melihat secara langsung video-video yang ditayangkan bagaimana sebuah perubahan pola itu akan teramat sangat nyata terjadi,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Deputi II bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ini.
 
Alumni Akpol 1985 ini menceritakan bahwa kalau di perang jaman dahulu, perang yang dilakukan yakni berhadapan di lapangan luas lalu timbul perang, namun di jaman sekarang ini sebuah perang yang tidak lagi menggunakan cara-cara konvensional, tetapi menggunakan pola acak dan yang paling utama menggunakan teknologi sebagai basisnya.
 
“Harapan saya adalah para generasi penerus mulai sekarang untuk dapat meningkatkan kesadaran dan kemampuan dalam penggunaan teknologi agar kita siap menghadapi ancaman bagi keutuhan NKRI,” katanya.
 
Sementara itu penasehat IBT, Mayjen TNI Agus Surya Bakti menambahkan perang informasi akibat kemajuan teknologi sudah terjadi di dunia maya. Dan ini dimanfaatkan negara-negara besar.
 
“Kalau jaman dahulu dengan menggunakan perang secara fisik, tetapi jaman sekarang dengan menggunakan teknologi maka dalam hitungan detik sudah bisa mengkondisikan apapun yang diinginkan oleh negara-negara besar, atau orang tertentu atau kelompok tertentu terhadap bangsa ini,” ujar Agus yang juga menjabat sebagai Deputi I bidang Pencegahan BNPT ini.
 
Dikatakan Agus, bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang luar biasa karena hampir 85 persen penduduknya beragama islam. Apalagi Indonesia mempunyai ribuan budaya dan pulau, namun semuanya bisa bersatu dengan baik. “Itu yang membuat orang banyak kagum dengan Indonesia. Penduduknya sangat banyak, komunitasnya sangat besar kemudian agamanya juga bermacam-macam tetapi masih bisa dalam satu format NKRI,” kata lulusan Akmil tahun 1984 ini.
 
Pria yang dibesarkan di korps Baret Merah, Kopassus ini melihat bahwa pada akhir-akhir ini perkembangan teknologi bisa membawa sesuatu yang bisa membahayakan bangsa seperti mulai ada pelecehan dari negara-negara lain terhadap kita melalui dunia maya. Bahkan teknologi dinilai dapat menimbulkan kejahatan seperti kejahatan internet dengan menggunakan nama multi level marketing. Lalu kasus-kasus kekerasan dan yang terakhir digunakan dalam teknologi internet adalah paham yang dapat merusak bangsa dan negara Indonesia yakni paham kekerasan yang bernuansa agama.
 
“Agama saat ini dijadikan untuk kepentingan kelompok tertentu yakni radikalisme dan teroris. Terakhir ya tentang ISIS. Dari data yang ada, banyak sekali orang yang berangkat ke Irak dan Suriah itu hanya membuka dan membaca internet melalui chatting-chattingan,” tukas Agus.
 
Untuk itu Agus sangat berharap dari kegiatan IBT ini dapat berpartisipasi bersama-sama dalam mewujudkan Indonesia yang aman dan tidak bisa dilecehkan oleh bangsa lain. “Kalau kemarin-kemarin banyak yang menyerang kehormatan dan kedaulatan bangsa kita maka saat ini akan kita tunjukkan dengan cara-cara yang sportif, humanis dan cara yang legal tentunya yang kita lakukan di dunia maya dimana pada tahun ini kami juga me-launching dan mencanangkan program tahun damai di dunia maya,” ujarnya
 
Agus menjelaskan bahwa pencanangan program tersebut perlu dilakukan karena pada tahun-tahun sebelumnya dunia maya dilihatnya penuh dengan kekerasan. “Dunia maya menjadi teror dengan dibanjiri situs-situs kekerasan yang mengajak orang untuk berbuat keras yang tentunya jauh dari filosofi bangsa kita yang sebetulnya sangat damai. Kalau mereka bicara kekerasan maka kita bicara kelembutan. Lalu kalau mereka bicara ingin menjelek-jelekkan maka kita bicara tentang kebersamaan, kesatuan dan gotong royong yang sudah hilang dari bangsa ini,”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *