Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tengah menggodok penyelesaian cetak biru (blueprint) tentang perlindungan terhadap ancaman terorisme. Blueprint ini dibuat untuk membuat kebijakan dalam melindungi berbagai tempat sasaran seperti obyek vital, VVIP, lingkungan, dan alat transportasi agar terhindar dari ancaman terorisme.
Untuk itulah, BNPT melalui Direktorat Perlindungan menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) untuk penyusunan blueprint tersebut di Hotel Santika, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Selasa (12/5/2015). Rakor ini menghadirkan stakeholder yang kompeten seperti Kementerian Perhubungan, Bandara, Angkasa Pura, Kepolisian (bidang pengamanan obyek vital), Kementerian ESDM (membawahi perminyakan, pertambahan), juga dari lingkungan (perhotelan, pertokoan, dan tentunya dari TNI).
“Nantinya blueprint ini akan berisi tentang piranti kebijakan sehingga yang namanya perlindungan terhadap ancaman serangan terorisme itu memiliki standar seperti di negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, Jepang, dan Belanda. Untuk itulah kami perlu menggelar Rakor untuk mendapatkan masukan yang lebih banyak dari semua steakholder demi sempurnanya pembuatan blueprint perlindungan BNPT ini,” ujar Direktur Perlindungan BNPT Brigjen Pol. Herwan Chaidir.
Dikatakannya, pembuatan bluerprint ini adalah sebuah tatanan kebijakan strategi oleh BNPT, karena ini merupakan kebijakan strategi yang akan berlaku bagi semua institusi. Apalagi kalau nanti blueprint ini sudah masuk dalam dokumen negara dan sudah disahkan, akan bisa dijadikan pedoman bagi steakholder yang terkait.
“Jadi nanti mereka sudah tahu tentang pola pengamanan, pencegahan terhadap ancaman terorisme. Untuk itu kita undang semua steakholder terkait, sehingga jangan sampai nanti mereka merasa tidak pernah diundang untuk memberikan masukan, tidak tahu tentang masalah itu dan sebagainya. Mereka semua untuk memberikan kontribusi bagaimana kita bicara tentang masalah lingkungan, transportasi, VVIP dan obyek vital. Di Rakor ini semua bisa memberikan kontribusi untuk memberikan proteksi perlindungan kepada empat sarana dan prasarana tersebut dari ancaman terorisme,” ujar alumni Akpol 1985 ini.
Dikatakannya, masukan dari steakholder akan ditampung semua untuk kemudian diolah agar masukan-masukan itu bisa jadikan referensi untuk pengkayaan terhadap kajian-kajian yang telah dilakukan dalam penyusunan blueprint perlindungan ini. “Kita sendiri sudah melakukan beberapa kajian-kajian dari literatur dan akan melakukan kunjungan ke beberapa negara seperti Jepang dan Turki,” katanya.
Dikatakan mantan Kapolres Gorontalo ini, alasan pihaknya untuk melakukan studi ke Jepang karena dari sisi proteksi terhadap ancaman terorisme di obyek-obyek vital, Jepang dinilainya cukup mapan. “Dari segi karakteristik ancaman, saya kira sesama bangsa Asia kita masih memiliki warna prorotipe yang bisa kita pelajari. Turki pun juga seperti itu, kita akan adopsi bagaimana pengamanan-pengamanan yg ada dan sudah dilakukan agar bisa kita terapkan di Indonesia,” ujarnya