JAKARTA — Direktur Deradikalisasi BNPT, Prof Irfan Idris dalam Training of Trainers (ToT) yang digelar Majelis Ulama Indonesia kemarin, mengungkapkan adanya penyusupan di lembaga dakwah kampus dan rohis di sekolah. Mereka menyebarkan paham radikal. Ia mengakui, hal itu memang ada sejak dulu.
“Ada di mana-mana, bukan hanya di sekolah umum. Gerakan radikal itu menggunakan semua cara. Dia mudah masuk karena menggunakan bahasa agama,” ujarnya, Senin (1/6).
Menurutnya, semua organisasi pelajar atau mahasiswa, entah itu MPK, OSIS, Rohis, organisasi ekstra sekolah, semua memiliki visi yang bagus. Tapi, kata dia, kalau kita lengah, organisasi ini mudah disusupi.
Ia menambahkan, guru dan orang tua tidak bisa lepas tangan karena yang dirusak oleh gerakan radikal itu ideologi. Usia remaja atau anak sekolah adalah sasaran utama mereka, bukan orang dewasa atau profesional yang sudah matang cara berpikirnya.
“Setiap lembaga keagamaan, ormas, sekolah, rumah ibadah, guru agama, dan sebagainya punya tugas untuk melakukan pencegahan, bukan hanya BNPT,” tambah Irfan.
Ia menekankan perlunya kerja sama semua pihak untuk melakukan pencegahan terhadap meluasnya gerakan radikal. “Kami justru mengajak semua pihak menjadi agen damai melawan radikalisme,” tandasnya.
sumber ; republika.co.id