BNPT: Belum Pakai Rudal, Cara Densus Basmi Teroris Masih Lembut

KEPALA Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai tidak setuju adanya desakan sejumlah pimpinan ormas Islam dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang meminta pembubaran Detasemen khusus 88 Anti Teror (Densus 88). Ansyaad menilai tuntutan itu  salah kaprah.

“Itu salah kaprah, harusnya teroris yang disuruh bubar. Densus hadir karena adanya terorisme, penjahatnya Densus atau teroris? Akhirnya rakyat yang jadi bingung, negara tidak boleh kalah melawan terorisme,” ujar Ansyaad Mbai dalam diskusi BNPT di Warkop Phoenam, Jalan Boulevard, Makasar, Rabu (6/3/2013).

Ansyaad mengklaim, langkah-langkah pemerintah Indonesia dalam penanggulangan terorisme mendapat pujian di dunia internasional. Cara-cara penanggulangan terorisme di Indonesia masih menjunjung tinggi supremasi hukum, meskipun seringkali dianggap keji.

“Cara-cara Densus 88 itu masih sangat lembut pakai senjata, bandingkan dengan Yaman yang menggunakan rudal atau Pakistan yang menggunakan pesawat tempur untuk membasmi teroris. Di Indonesia masih pakai polisi, Kopassus belum turun tangan. Langkah kita dipuji-puji dunia kok tiba-tiba disuruh bubarkan,” tambah Ansyaad.

Ansyaad menyayangkan sikap beberapa tokoh yang mengatasnamakan ormas-nya dengan menggunakan data-data yang tidak valid. Foto dan video yang beredar di khalayak, lanjut Ansyaad, merupakan gambar lama di tahun 2007.

Ansyaad meminta para tokoh yang menuntut pembubaran Densus bersikap obyektif dengan mempercayakan proses hukum para teroris di pengadilan.

Mantan Kapolda Sumut ini juga menyebutkan peristiwa aksi-aksi teror yang terjadi di beberapa daerah, seperti Poso, Solo, Bima dan Makassar, saling terkait satu sama lainnya dan berangkat dari ideologi radikalisme.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Djoko Suyanto juga menilai wacana pembubaran Densus 88 Kepolisian RI terlalu berlebihan.

“Sedang dievaluasi, kita tunggu saja. Tapi kalau menuntut pembubaran saya kira terlalu berlebihan,” kata Djoko, Selasa, (5/3/2013). (Pz/Islampos/Tempo)

sumber: islampos

Some companies cut corners by employing writers who routine in barely-passing papers that are not scholarly at all http://typemyessays.com/custom-essays/ Similarly with the launching They try them out on every report imaginable, sometimes severally reviewing innumerable variants in tip sizing, consistence stylus, colour and availableness.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *