“Biar Bodoh Asal Jujur”, demikian Hamdan Juhannis, Guru Besar Sosiologi UIN Alauddin Makassar pernah menulis dan dikutip Harian ini (ameks) Rabu 9 Februari 2011, (kolom Opini Hal 4) . Dan saya merasa judul ini masih sangat relevan dengan kondisi negeri ini yang masih carut marut karena ulah orang-cerdik pandai dan para pejabat publik yang mestinya menjadi panutan. Survei menunjukan yang membuat sensasi,korupsi, dan skandal di negeri ini adalah orang-orang cerdik pandai dan para intelektual. Ini membuktikan bahwa cerdik pandai saja tidak cukup menjadikan seseorang menjadi shaleh dan jujur.
Prof.DR Akil Mokhtar yang adalah seorang guru besar di sebuah Perguruan Tinggi ternama di pulau Borneo (Kalimantan), kemudian terpilih menjadi ketua Mahkamah Konstitusi kini menjadi tersangka kasus suap. Lalu dimana lagi lembaga yang harus kita datangi ketika berperkara dalam sengketa politik ? Masalahnya adalah manusia dan mentalitas kepemimpinan yang tidak beradab, sehingga bukan saja MK, tapi hampir di semua lembaga, baik pemerintah maupun swasta, dari desa kecamatan sampai ibu kota negara penuh dengan kecurangan, sogok menyogok suap menyuap merajai semua lini kehidupan negeri ini. Bahkan hampir tidak ada ruang yang bebas korupsi.
Lemahnya integritas dan longgarnya independsi menjadi faktor penentu keterpurukan bangsa Indonesia dalam menangani ekonomi dan politik dua sendi penentu berdirinya sebuah bangsa. Menurut saya, ada beberapa solusi untuk menjadikan bangsa kita menjadi harmoni adalah kepemimpinan, integritas, independensi, dan penyelengraan pemilu yang bersih.
kepemimpinan
Sebab utama adalah kepemimpinan yang tidak tegas dan penegakkan hukum masih tebang pilih. Kepemimpinan sangat penting dalam sebuah masyarakat apalagi dalam berbangsa dan bernegara, bahkan kepemimpinan menentukan maju mundurnya sebuah bangsa. Karena itu seorang pemimpin adalah orang yang benar-benar merupakan figur terbaik dan utama yang diseleksi oleh manusia dan boleh jadi pemimpin karena seleksi alam. Kepimpinan itu bisa di pilih, bisa diangkat, bisa ditunjuk bahkan bisa secara alamiah dia dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Karena itu seorang pemimpin haruslah memiliki sifat manusia terbaik, jujur, adil, menyayangi melindungi, dan bekerja dengan ikhlas tanpa menghitung untung rugi.
“setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan mempertanggungjawabkan kepimimpinannya,” inilah hadits ( Ucapan Rasulullah SAW), kata hikmah kepada para pemimpin untuk senantiasa mengintrospeksi dirinya dalam memimpin.
Dalam dunia pendidikan mendefinisikan Leadership atau kepemimpinan, adalah upaya menggerakkan sekelompok orang agar mau dan bersedia patuh dan setia kepada pemimpin dan bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Jadi kepemimpinan adalah suatu usaha dan ajakan kepada sekelompok orang yang memiliki kesamaan pandang dan memiliki kepentingan yang sama, agar mereka mau melaksanakan tugas dengan baik, untuk mencapai tujuan bersama itu. Maka dibutuhkan keteladanan, moral, dan akhlak yang mulia sehingga yang dipimpin merasa empati dan simpati.
Seorang pemimpin adalah seperti bamper atau salawaku, perisai yang siap melindungi yang dipimpinya. Seorang pemimpin haruslah melindungi, mengayomi dan mumpuni. Uuntuk itu seorang pemimpin haruslah jujur, amanah, adil, rendah hati, cerdas, sederhana, sabar dan memiliki kewibawaan sehingga dihormati, disegani dan ditaati. Sebaliknya seorang pemimpin haruslah menghindari sikap arogansi, korup, nepotism, khianat, bohong, curang. Dan seorang pemimpin tidak boleh emosional, marah-marah, tergesa-gesa, dan ceroboh. Kepemimpinan yang ideal adalah kepemimpinan yang diterima disemua kalangan, kepemimpinan yang ideal adalah yang bebas dari skandal, intrik, intimidasi, adu domba, kecurangan, nepotisme korupsi dan suka membuat sensasi.
Kepemimpinan ideal tidak terlalu banyak rencana (plan), rencananya sedikit tetapi langsung dilaksanakan aksi (action) tidak mengumbar janj. Jadi tidak melahirkan keresahan. Kepemimpinan yang baik harus menghindari banyak wacana dan isu karena menjurus kefitnah, pemimpin sejati tidak akan mengecewakan bawahanya. Dan realitas sosial politik menunjukan bahwa sedikit sekali pemimpin yang bijak bestari, bahkan nyaris tidak ditemukan pemimpin politik yang ideal. Sebaliknya lebih banyak pemimpin yang disumpah, dikutuk dan di demo. Menurut NIccolo Machiavelli (1469-1527) ilmuan dan filsuf Italia, seorang pemimpin yang sukses dan ingin tetap berkuasa harus menggunakan cara-cara tipu muslihat, licik dan dusta. Digabung dengan penggunaan kekerasan dan kekejaman ditambah dengan pemaksaan kehendak. Memang pendapat seperti ini tidak disukai akan tetapi hampir sebagian besar para pemimpin dunia, pemimpin negara belajar dari kitab the prince (sang pangeran ) karya Nicollo Machiavelli ini.
Adapun Integritas yang dalam bahasa islami adalah istiqomah, satu sifat yang sangat di butuhkan dalam pergaulan terutama dalam aktifitas dan penyelenggaraan pemerintahan, jika kita memiliki integritas dan teguh pendirian maka apapun yang akan terjadi dengan segala resiko kita mampu menghadapi. Istiqomah sangat perlu karena untuk mempertahankan yang benar, yang hak, dan yang baik perlu perjuangan panjang karena disaat pertarungan kepentingan politik saat ini, kebaikan dan keburukan, kebenaran dan kesalahan, haq dan bathil telah bercampur baur ,
Integritas
Integritas adalah ketegasan dalam memperjuangan kebenaran, maka perlu kader-kader pejuang, yang siap bertarung namun kenyataannya kader pejuang dan kader pemberani sudah sangat sedikit, karena semua kader pemuda telah terkontaminasi dengan budaya negeri ini, korupsi,kolusi dan nepotisme. Kalaupun mereka ada, mereka hanya berada di luar sistem, dan hanya berteriak dalam demonstrasi. Dan demonstrasi sangat tidak efektif dalam memperjuangkan aspirasi. Dalam pengambilan keputusan, kita butuh orang berani, istiqomah, jujur dan adil, yang berani mengambil resiko untuk kepentingan dan kemaslahatan umum, bukan sebaliknya mengambil resiko untuk kepentingan pribadinya.
Saat ini kejujuran sangat mahal harganya, karena krisis kader dikalangan masyarakat, para tokoh sudah plin plan dalam memperjuangkan kebenaran. Bahkan partai-partai Islam yang punya integritas imani dan kualitas islami saja telah menyempal dari integritas partai padahal partai-partai islam adalah alat perjungan umat. Para politisi islam telah kehilangan kredibilitasnya sebagai tokoh pejuang, pamor dan kharisma sebagai umara telah gugur. Bagaimana lagi dengan masyarakat awam yang ada di pinggiran bahkan jauh dari pusat aktifitas politik dan pemerintahan ? Saat ini kita butuh orang yang punya integritas yang bersedia hidup mati memperjuangkan kepentingan masyarakat, bukan memperjuangkan kepentingan kelompoknya, maka untuk itu, hilangkan fanatisme primordialisme, dan pandangan kesukuan yang sempit yang menjurus ke perpecahan dan disintegrasi. Menurut saya, integritas itu adalah sikap terpuji yang terletak di dasar hati dan tak tergoyang oleh bujukan dan rayuan, sementara penyelenggaraan pemilu itu bersinggungan dengan kepentingan yang tidak luput dari sasaran bujukan dan godaan, sehingga perlu jiwa berani dan istiqomah dalam menghadapi pengaruh dan bujukan dari para politisi yang punya kepentingan.
Independensi
independensi, sangat dibutuhkan karena krisis politik saat ini terjadi akibat dari kehilangan independensi para penyelenggaraan pemilihan umum. Padahal proses politik itu berawal dari rekruitmen para penyelenggaraan pemilihan umum melahirkan para politisi, yang menentukan jabatan-jabatan, baik jabatan politik mupun jabatan birokrasi maka semua kesalahan berawal dari rekruitmen yang salah itu. Saat ini kita butuh orang yang independen, yang punya komitmen dan tekad untuk bekerja secara adil dan berpihak kepada kebenaran, independen juga berarti harus berdiri untuk semua kepentingan manakal kepentingan itu untuk kebenaran dan untuk kemaslahatan bersama.
kompetensi kepemiluan, juga sangat penting bahkan sangat dominan dalam syarat perekrutan penyelenggaraan pemilu karena kita butuh orang yang independen, punya jiwa kepemimpinan, memiliki integritas, pribadi yang utuh. Namun harus punya kompetensi, mengerti tentang demokrasi, undang-undang yang berkenaan dengan pemilihan umum, memiliki pengetahuan tentang politik dan pemerintahan, punya moral yang baik serta bekerja pebuh waktu untuk kepentingan bangsa dan negara.
Di atas semua syarat itu yang sangat dibutuhkan saat ini adalah orang-orang yang jujur, walaupun tidak terlalu pintar karena kepintaran tidak cukup untuk menjadikan seseorang menjadi manusia shaleh, tetapi kejujuran manjadikan orang menjadi amanah, kejujuran adalah modal utama dalam pergaulan, karena itu kita butuh orang yang jujur walaupun bodoh. Atau dengan kata lain biar bodoh asal jujur, Karena kejujuran sangat mewarnai sikap seorang pribadi yang agung. (*)
Tulisan ini dimuat di Harian Ambon Ekspres, 14 Oktober 2013