Bagaimana ISIS Masuk ke Indonesia?

Damailahindonesiaku.com – Entah janji apa yang diumbar ISIS hingga banyak warga Indonesia yang rela menjual hampir seluruh harta yang mereka miliki untuk membiayai perjalanan ke Suriah dan bergabung dengan kelompok teroris ISIS. Motif ekonomi nyatanya memang tidak bisa disembunyikan dari menggebunya semangat sebagian warga Indonesia untuk bergabung dengan kelompok teroris yang mengaku sedang menegakkan ajaran Islam tersebut, meski berbagai pemberitaan tentang adanya anggota ISIS yang keluar karena gajinya tak kunjung dibayar mulai banyak menyebar. Namun, hal itu rupanya belum juga membuat mereka sadar bahwa mereka sedang dikibuli.

Beberapa pakar menilai bahwa proses perekrutan anggota ISIS di Indonesia memiliki pola yang berbeda. Rata-rata warga Indonesia yang bergabung dengan ISIS adalah mereka yang memiliki saudara atau orang dekat yang telah lebih dulu tinggal dan bergabung dengan kelomppok pimpinan Abu Bakr Al Baghdadi. Saudara dan orang-orang terdekat inilah yang kemudian mengajak dan meyakinkan saudaranya yang masih ada di Indonesia untuk segera meninggalkan tanah air dan bergabung dengan ISIS.

Meskipun jumlah mereka tidak banyak, namun diakui bahwa orang-orang yang begitu mengelu-elukan ISIS ini sangat militan. Mereka rela melakukan apa saja demi ajaran yang mereka kira benar, yakni ajaran yang sedang diusung oleh ISIS. Bagi mereka yang masih muda dan sanggup melakukan perjalanan jauh, mereka cenderung akan terbang langsung ke Suriah dan bergabung menjadi pasukan ISIS, tidak lupa mereka mengajak anak istri pula. Sementara mereka yang sudah lanjut usia, mereka akan menyumbang dana. Hal ini tentu mengangetkan bagi sebagian dari kita, bagaimana bisa tradisi dan budaya yang menjunjung tinggi penghormatan terhadap perbedaan bisa tersisipi paham yang justru mengajarkan kebencian dan permusuhan seperti yang sekarang menempel pada wajah ISIS?

Banyak teori yang diberikan guna menjelaskan asal usul masuknya paham kebencian ala ISIS ke Indonesia, beberapa diantaranya menyebutkan bahwa paham terorisme masuk dan berkembang secara sangat personal namun masif. Ajaran yang dibawa tidak serta merta diberikan kepada banyak orang sekaligus, mungkin karena mereka tahu hal itu justru akan menimbulkan penolakan dari masyarakat. Karenanya ajaran ini disebarkan secara personal, menyasar kepada orang-orang yang notabenenya belum begitu mengerti agama, sehingga mereka akan mudah percaya dengan berbagai tipu daya yang diberikan.

Beberapa kalangan menyebutkan bahwa masuknya ISIS ke Indonesia tidak lepas dari peran salah seorang petinggi Jamaah Islamiyah (JI), Abdullah Syukur, yang membawa paham ini langsung dari Timur Tengah. Jangan lupa pula dengan ‘peran’ begundal-begundal dunia maya yang menggunakan internet untuk menyebar paham-paham terorisme. Mereka ini adalah orang-orang yang keranjingan mengumbar kata-kata jorok hanya untuk membuat kewarasan otak kita terpojok. Mereka pula yang dengan seenaknya saja mengartikan pembunuhan sebagai ‘jihad’, menamai tetangga dan bahkan orang tua kita yang baik dengan label ‘kafir’, dan sebagainya.

Kita yang kritis tentu menolak ISIS, dan kita yang Indonesia pasti menolak kekerasan, meskipun menggunakan nama agama!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *