AS Beri Imbalan Rp140 Miliar untuk Informasi Tiga Pemberi Dana Hezbollah

AS Beri Imbalan Rp140 Miliar untuk Informasi Tiga Pemberi Dana Hezbollah

Washington – Pemerintah Amerika Serikat (AS) menawarkan hadiah uang sampai 10 juta dolar AS (sekitar Rp140 miliar) untuk informasi terkait tiga orang yang diduga sebagai pemberi dana bagi Hezbollah, organisasi di Lebanon yang dianggap sebagai kelompok teroris oleh Washington.

Departemen Luar Negeri dan Keuangan AS pada Senin memasukkan nama Adham Tabaja, Ali Charara dan Mohamed Bazzi ke dalam daftar orang-orang yang dianggap sebagai pemberi dana Hezbollah.

Washington juga mengumumkan hadiah atas informasi terkait ketiga orang yang disebut telah menyebabkan “gangguan kegiatan keuangan yang mendukung organisasi teroris global Hezbollah Lebanon.”

Asisten Menteri Luar Negeri AS, Michael Evanoff mengatakan kepada reporter pada Senin bahwa Hezbollah menerima “senjata, pelatihan, pendanaan ”dari Iran hingga 1 miliar dolar AS per tahun.

Baca juga : AS: Teroris Bakal Incar Tempat Wisata di Srilangka

Dia mengklaim Hezbollah menggunakan dana itu untuk “kegiatan yang merusak” seperti mendukung pemerintah di Suriah, pemberontak Houthi di Yaman, dan “operasi pengawasan dan pengumpulan intelijen di AS.”

“Jangan salah, pemerintah AS akan menggunakan semua alat yang tersedia untuk mematkan sumber pendapatan Hezbollah,” kata Asisten Menteri Keuangan AS, Marshall Billingslea sebagaimana dilansir RT, Selasa (23/4).

AS melabeli Iran sebagai negara sponsor terorisme pada 1984, dan Hezbollah sebagai sebuah organisasi teroris pada 1997.

Sebagai bagian dari kampanye sanksi dan tekanan pemerintah Trump yang sedang berlangsung terhadap Teheran, AS juga melabeli Garda revolusi Iran (IRGC) sebagai organisasi teroris awal bulan ini.

Tindakan Washington itu dibalas Iran dengan mendeklarasikan Komando Pusat AS sebagai organisasi teroris.

Hadiah untuk informasi terkait Hezbullah itu ditawarkan AS di bawah program “Hadiah untuk Keadilan”, yang dimulai pada 1984.

Berdasarkan data Departemen Luar Negeri AS, sejauh ini program tersebut telah membayar lebih dari 150 juta dolar AS kepada lebih dari 100 orang.