JAKARTA, KOMPAS.com – Aparat kepolisian diminta segera mengusut motif dibalik ledakan yang terjadi di Vihara Ekayana, Kebon Jeruk, Minggu (5/8/2013) malam. Dilihat dari pola penyerangannya, aksi kelompok teroris kali ini dinilai sudah mulai berubah.
“Bom yang diletakkan untuk diledakan di Vihara Ekayana Kebon Jeruk, patut dianalisa lebih serius oleh aparat kepolisian dan BNPT. Cukup menarik bila dilihat dari sasarannya maka teroris mulai mengembangkan target lain yang berbeda,” ujar Wakil Ketua Komisi I dari Fraksi PDI Perjuangan, Tubagus Hasanuddin, seperti dikutip dari siaran pers, Senin (5/8/2013).
Tubagus menjelaskan, pada mulanya kelompok teror menyasar gereja-gereja seperti kasus bom-bom di gereja Jakarta awal 2000 lalu, kemudian sasaran beralih menjadi tempat-tempat keramaian yang banyak didatangi warga asing seperti kasus JW Mariott. Setelah itu, targetnya mulai menyasar aparat kepolisian seperti dalam kasus bom Cirebon dan Solo.
“Targetnya pun berubah lebih masif yaitu target personel dengan ramuan gotri. Pelakunya jelas teroris dari kelompok yang sama dengan sebelumnya atau setidaknya merupakan hasil pelatihan baru,” ucap Tubagus.
Mantan jenderal TNI ini meminta aparat kepolisian untuk menelurusi mengapa yang menjadi target justru Vihara Ekayana di Kebon Jeruk. Padahal, masih banyak vihara lain yang lebih besar.
“Lalu mengapa di Kebon Jeruk? Apakah ada masalah sosial disekitar Kebon Jeruk yang kemudian menjadi pilihan khusus?” tuturnya.
Menurut Tubagus, hingga kini upaya deradikalisasi kelompok teror berjalan gagal. Hal ini terindikasi dari tidak bergeraknya kementerian terkait seperti Kementerian Agama, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan untuk melakukan upaya deradikalisasi dan lemahnya kordinasi antar aparat intelejen di semua lini. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme juga dinilai kurang fokus.
“Sementara regenerasi dilingkungan teroris sangat menghawatirkan kita semua,” kata Tubagus.
sumber: kompas online