Jakarta – Paham radikal kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) telah menjadi ancaman global, termasuk Indonesia. Banyaknya WNI yang bergabung bersama ISIS di Irak dan Suriah, suatu saat bisa menjadi ancaman luar biasa di Tanah Air.
Direktur Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Rudy Sufahriadi mengatakan, ancaman tersebut bisa saja muncul saat para anggota ISIS itu kembali ke Tanah Air.
“Ancamannya sudah jelas bagi kita. Anak-anak di sana diajarkan perang. Ketika pulang, mereka sudah disiapkan untuk memerangi ideologi demokrasi kita,” ujar Rudy dalam diskusi ‘ISIS dan Ancamannya di Indonesia’ yang diselenggarakan Institut Peradaban di Tebet, Jakarta, Rabu 13 Mei 2015.
Rudy mencontohkan ledakan bom di ITC Depok, Jawa Barat 23 Februari lalu. Bom klorin, hanya bisa dibuat orang yang terlibat perang di wilayah Timur Tengah. Bom kimia tersebut dampaknya sangat luar biasa hingga dapat menimbulkan kebutaan orang-orang di sekitarnya.
“Ledakan di Depok dulu itu diduga oleh-oleh dari sana. Ini lagi diraba-raba sama BNPT dan Densus 88. Beruntung ledakan tersebut tidak sempurna. Kata teman saya yang ahli kimia, dampaknya bisa membuat orang buta,” terang dia.
Rudy pun memperlihatkan rekaman putra Tanah Air yang dididik ISIS di Suriah. Meski masih di bawah umur, mereka telah diajarkan perang. Bahkan dalam tayangan tersebut, anak-anak seperti sudah biasa mengoperasikan senjata AK-47.
Berdasarkan data kepolisian, sekitar 159 WNI telah bergabung ISIS dan di Suriah. Sementara pengamat terorisme Institute for Policy of Conflict (IPAC) Sidney Jones mengatakan, ada sekitar 200 sampai 300 WNI yang ada di Suriah. Bahkan sejak 2 bulan terakhir, 38 WNI yang bergabung kelompok radiokal ini tewas dalam pertempuran melawan pasukan Kurdi. (Rmn)