SURYA Online, SURABAYA – Upaya penanggulangan kasus terorisme di Indonesia ternyata banyak pengorbanan. Tak tanggung-tanggung, hingga kini sudah ada 30 polisi tewas di tangan pelaku terorisme.
“Selama penanganan terorisme di Indonesia, sudah ada 30 orang anggota polisi meninggal dunia,” ungap Kepala BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Teroris) Ansya’ad Mbai, Kamis (21/3/2013).
Sebaliknya, dalam penanganan kejahatan terorisme di Indonesia, petugas telah berhasil menangkap 850 orang teroris. Dari jumlah itu, sejauh ini terhitung sudah ada 60 pelaku terorisme tewas di tangan petugas.
“Artinya, ada lebih dari 700 pelaku terorisme diamankan dalam keadaan selamat. Bahkan, anak-anaknya juga ada yang sampai ditanggung sekolahnya,” sambung Asy’ad.
Dengan kondisi itu, Asy’ad mengaku heran dengan komentar bebeapa pihak yang ingin densus dibubarkan. Atau ada yang menuding bahwa penanganan terorisme melanggar HAM (Hak Asasi Manusia).
“Dan saya nyatakan, tudingan-tudingan pelanggaran HAM itu semuanya tidak benar,” tegasnya.
Dari jaringan itu pula, petugas berhasil mengamankan Naim dan Mujib di Poso. Dari dua orang ini, juga berhasil diketahui adanya tiga pelaku bom bunuh diri yang telah disiapkan untuk menyerang gedung MPR dan DPR di Jakarta.
Tak hanya itu, disampaikan pula bahwa dari para pelaku itu juga berhasil diungkap rencana peledakan di Solo dan Jakarta. Yang pelakunya, berasal dari jaringan Solo.
“Karena itu, rencanan peledakan bisa diredam. Namun, tetap saja terjadi kasus teror penembakan anggota Polisi di Solo pada Agustus tahun lalu,” imbuhnya.
Juga dari beberapa jarangan yang telah diamankan itu, berhasil ditangkap Farhan bersama empat kelompoknya. Farhan ini merupakan orang berbahaya karena tergolong darah biru teroris. Itu diketahui dari silsilah keluarganya.
Farhan juga pelaku pemesanan senjata K9 dari Filiphina yang berhasil diamanan pada 2011 lalu di Surabaya. Pembelian itu dikirim lewat kapal Pelni.
Dan pada tahun 2012 juga berhasil diungkap senjata Abu Umar yang ditemukan di Depok. Serta berhasil diamankannya Torik di Tambora, yang setelah ditelusuri juga merupakan jaringan dari Solo.
“Termasuk Anwar yang meledak di Beji juga diketahui merupakan jaringan Solo,” tandasnya.
Demikian halnya penangkapan lima orang yang dipimpin Walid di Solo dan beberapa pengungkapan pelaku teroris lainnya, masih ada hubungan satu dengan lainnya.
sumber: surabaya tribunnews