Penguatan Pelibatan Perempuan Untuk Antisipasi Banyaknya Aksi Terorisme Yang Dilakukan Kaum Hawa
Auditor Madya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ade Hermana S.E, M.M

Penguatan Pelibatan Perempuan Untuk Antisipasi Banyaknya Aksi Terorisme Yang Dilakukan Kaum Hawa

Bandung – Fenomena banyaknya aksi-aksi terorisme yang melibatkan perempuan menjadi alarm bagi seluruh masyarakat Indonesia. Berubahnya pola kelompok teroris dengan menggunakan perempuan sebagai ujung tombaknya harus dihadapi dengan upaya pencegahan yang sebanding pula. Salah satunya dengan memberikan penguatan dan pelibatan perempuan dalam upaya pencegahannya.

Hal disampaikan Auditor Madya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ade Hermana S.E, M.M dalam kegiatan “Perempuan Agen Perdamaian” Pelibatan Perempuan dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme yang diselenggarakan Sub Direktorat Pemberdayaan Masyarakat BNPT melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Jawa Barat, Bandung (17/10/19).

Ade menjelaskan, kejadian bom Surabaya tahun 2018 adalah contoh nyata bagaimana perempuan terlibat langsung dalam aksi terorisme. Perempuan yang dulunya cenderung hanya memberikan dukungan, sekarang sudah menjadi terdepan dalam aksi terorisme.

“Kejadian bom Surabaya di tahun 2018 bom bunuh diri dilakukan oleh seorang perempuan. Peran perempuan di terorisme sudah maju kedepan, dulu sesuai porsi mereka, tetapi sekarang perempuan sudah dijadikan lini terdepan,” ungkapnya.

Baca juga: BNPT dan FKPT Jabar Gelar Workshop Pelibatan Perempuan Dalam Pencegahan Radikalisme & Terorisme

Ade juga menjelaskan bagaimana perempuan bisa menjadi sangat radikal dan militan ketika terpapar ideologi radikal terorisme. Ia mencontohkan kejadian bom di Sibolga, dimana bom diledakan oleh istri dari teroris yang tidak terima jika harus menyerahkan diri.

“Kasus di Sibolga juga menjadi contoh bahwa perempuan bisa menjadi sangat militan, Abu Hamzah itu sudah mau menyerah, tetapi istrinya tidak mau hingga meledakan bom,” ungkapnya.

Oleh karena itu menurut Ade, dibutuhkan strategi khusus dalam upaya menangkal paham ini. Salah satunya dengan melibatkan perempuan itu sendiri, sehingga nantinya tidak ada lagi perempuan-perempuan yang terpapar, apalagi sampai menjadi pelaku aksi terorisme.

“Strategi kita adalah bagaimana pelibatan perempuan bisa mencegah kejadian-kejadian seperti ini jangan terjadi lagi. Peran perempuan sangat besar, melakukan pembinaan, ibu memberikan pendidikan kepada anak-anaknya. Sangat strategis sekali pencegahan terorisme melibatkan perempuan,” ungkapnya.

Ade pun mendorong peran perempuan. Ia berharap kedepannya para perempuan akan ikut serta berperan aktif dalam upaya pencegahan paham radikal terorisme, baik di rumah hingga ke masyarakat.

“Perempuan kita dorong jadi agen perdamaian,dari rumah hingga ke masyarakat, harus aktif, karena peran perempuan sangat strategis,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Ade menjelaskan BNPT tengah mempersiapkan program baru terkait pencegahan terorisme, dimana akan pertama kali diadakan di Jawa Barat dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat.

“Tahun 2020, BNPT tengah memproses pilot project di Jawa Barat, terkait pencegahan terorisme, kita akan melibatkan semua unsur masyarakat,” tutupnya.

Dalam kegiatan ini hadir pula Ketua FKPT Jabar Yaya Sunarya, S.H, M.H ,Kabid Peremuan dan Anak FKPT Jabar Yayah Fijriah, M.Pd, Siti Hanofah dari AMAN Indonesia serta Siti Daraktul Aliyah dan Serve Indonesia.