Surabaya – Upaya membangun budaya toleransi di kalangan pemuda mendapat dorongan baru dari dunia kampus. Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA) Surabaya menunjukkan bagaimana perguruan tinggi dapat menjadi laboratorium nilai-nilai kebangsaan melalui Simposium Kepemudaan dan Moderasi Beragama yang dikemas bersama bedah buku Melampaui Warna Kulit.
Forum ini menempatkan kampus bukan sekadar ruang akademik, melainkan wadah aman bagi dialog lintas identitas. Buku Melampaui Warna Kulit yang dibedah dalam kegiatan tersebut mengajak mahasiswa melihat manusia secara utuh, setara, dan bebas prasangka. Diskusi berlangsung sebagai refleksi mendalam tentang pentingnya empati, keterbukaan, dan penghargaan terhadap keberagaman.
Ketua YPTA Surabaya, J. Subekti, S.H., M.M., yang hadir sebagai panelis, menegaskan bahwa peran kampus tidak bisa dilepaskan dari pembentukan karakter pemuda. “Generasi muda perlu memiliki kedewasaan dalam menyikapi perbedaan. Kampus harus menjadi tempat yang mengajarkan itu, tempat mereka belajar menghormati satu sama lain,” ujarnya.
Subekti menambahkan bahwa mahasiswa merupakan pilar penting dalam menjaga persatuan bangsa. Dengan pemikiran kritis dan ruang akademik yang inklusif, mereka memiliki peluang besar menjadi agen perubahan. “Indonesia dibangun oleh semangat kebersamaan. Kampus harus membantu menumbuhkan energi positif itu,” katanya.
Dalam kegiatan yang sama, Subekti mendorong mahasiswa untuk mempraktikkan nilai toleransi melalui literasi, dialog terbuka, dan kolaborasi lintas komunitas. Ia percaya bahwa perilaku sehari-hari di lingkungan kampus dapat menjadi contoh yang menyebar ke masyarakat luas.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, yang turut hadir, memberikan dukungan terhadap konsep kampus sebagai pusat pembinaan toleransi. Ia memuji inisiatif YPTA dan menyampaikan rencana memperluas ruang dialog hingga tingkat kampung agar mahasiswa dan anak muda memiliki lebih banyak wadah untuk bertukar pikiran.
“Anak-anak muda membutuhkan tempat untuk memahami satu sama lain. Dari ruang-ruang kecil itulah lahir gagasan besar yang mendorong kemajuan kota,” ujar Eri.
Menutup sambutannya, Eri menyampaikan optimisme terhadap peran pemuda Surabaya dalam merawat kehidupan sosial yang inklusif. “Jika anak muda bergerak bersama untuk kebaikan, perubahan positif pasti bisa diwujudkan,” katanya.
Melalui kegiatan ini, YPTA Surabaya kembali menegaskan bahwa kampus memiliki peran strategis sebagai laboratorium toleransi—tempat di mana nilai kemanusiaan diuji, diperdebatkan, dan akhirnya menjadi praktik hidup generasi muda.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!