Sebuah Kerajaan Islam yang Cerdas dan Humble
Ibarat menikmati alunan box music, Penulis kini sedang mencoba merewind pita memori dan mundur ke tahun 2016. Kala itu rasanya sungguh terhormat dan menyenangkan saat Penulis diundang oleh Raja Yordania mewakili Indonesia untuk mengikuti pertemuan di kota Aqaba, Yordania dalam pertemuan multilateral First Agaba Process. Betapa tidak mengesankan.
Di samping menjadi pembicara utama, Penulis juga berkesempatan berbincang-bincang santai secara personal dengan Raja Abdulah yang sangat dihormati itu dalam suasana akrab yang sungguh sangat santai. Beliau yang Hafist Alquran, ahli fiqih dan menguasai hadist berikut ulumul hadis itu ternyata sangat santun dan humble. Berbeda yang kita bayangkan tentang tampilan sosok pimpinan sebuah negara monarki.
Sambil menyeruput Partagas Cigar No 5 kesukaan beliau, Kami memandang hamparan laut di belakang kediaman resmi sang monarkis. Beliau menyatakan bahwa apa yang penulis sampaikan di forum pagi hari tadi sangat luar biasa menarik. Beliau juga menjelaskan secara jujur betapa Yordania ingin belajar banyak dari Indonesia. Utamanya tentang pendekatan lunak (soft approach) menghadapi para radikalis di Yordania.
Dalam kesempatan dialog santai itu, yang membuat bulu kuduk penulis rasanya merinding adalah pujian yang sebetulnya penulis anggap berlebihan. Beliau mengatakan betapa dunia seharusnya menyadari ancaman global teroris itu ada dan nyata, dan bila ingin sukses maka dunia belajarlah tentang CT hanya dari Indonesia. Karena best practices Indonesia telah melahirkan konsep penanganan yang sempurna.
Pengalaman menarik yang lain adalah kala Penulis beserta pimpinan Counter Terrorism Filipina, hanya 2 delegasi diajak mencoba kendaraan persenjatan ringan milik kerajaan. Kendaraan itu ternyata mampu menembak dengan tepat sasaran bergerak dalam jarak 2 mil. Sungguh kehorman bagi Penulis dapat berinteraksi dengan suami ratu Rania putri Palestina kelahiran Kuwait yang low frofile dan humble ini.
Toleransi Pluralistik yang Mirip Indonesia
Secara konsep pluralistik toleransi dan penerimaan terhadap keberagaman negara Yordania ini mirip Indonesia. Indonesia dan Yordania secara kultur ideologis sama-sama berpenduduk beragam. Namun, agama dan keyakinan mayoritas penduduk beragama Islam. sebanyak 97% penduduknya beragama Islam dengan sangat memelihara tatanan prularistik serta pandangan moderat.
Sejarah juga mencatat Rajanya adalah keturunan Bany Hasim bin Abdul Manaf Buyut dari Rasullulah. Raja sangat menjalankan segala intisari keteladan Rassullulah untuk menunjukan wajah Islam yang lembut, yang merangkul, yang mengajak damai dan toleransi. Kebebasan beragama sangat terpelihara. Pemeluk Agama minoritas bukanlah musuh yang harus dimarginalkan.
Di antara 3 negara monarki; Kuwait, Bahrain dan Maroko, Yordania adalah negara yang Paling aman pada Kawasan tersebut. Hal ini di antaranya disebabkan karena negara ini bersikap sangat tegas kepada radikalisme, terorisme dan intoleransi. Selain karena pandangan terbuka sang Raja, kebijakan kerajaan ini memang tidak membuka ruang sedikitpun terhadap fenomena radikalsime. Kebebasan dan jaminan terhadap yang berbeda sangat dihormati.
Aman, Tetapi Tempat Lahirnya Pemimpin Radikalis
Meskipun dikenal negara yang memiliki pandangan terbuka dan moderat, sudah jamak dipahami bahwa para tokoh radikal antar genarasi banyak yang berasal dari Yordania. Benar mereka melakukan teror di luar Yordania, namun kontrol yang efektif membuat negara ini aman. Para tokoh radikalis Yordania yang mendunia itu sebut saja :
- Abu Muhamad Al Magdisi. Pria kelahiran Yordania 1959 ini adalah seorang pemimpin Salafi Wahabi dan mentor Abu Musab Zarkawi pemimpin Al Qaedah di Iraq. Magdisi adalah seorang ideolog dan penulis yang menyebarkan paham radikal melaui sosial Media yang dihukum 5 tahun di Yordania. Aman Abdurahman adalah di antara teroris dunia yang mempedomani ajarannya. Jauh sebelum bom Cimanggis saat kuliah dia sudah mempedomani buku dan karya al Magdisi. Ada lebih kurang 50 buku Tauhid versi Al magdisi yang dipedomani oleh Aman.
- Abdullah al Azam. Tokoh yang lahir tahun 1941 di desa As-ba’ah Al-Hartiyeh, provinsi Jenin di sebelah barat Sungai Yordan ini adalah seorang ilmuan Islam dengan gelar Doktor. Karya-karyanya dikenal sebagai penyemangat dan peggelora jihad, di antaranya ; Jihadiyyah wa Al-Bina’ (16 buku), Al-Hijrah wa Al-I’dad (3 buku), dan Hadamul Khilafati wa Bina’uha (1 buku). Lebih dari 40 karya beliau dalam versi digital hingga kini juga dapat diakses di situs internet dalam Minbar At-Tauhid wa Al-Jihad. Konsep jihad yang diajarkan untuk membantu Mujahidin melalui yayasan Baithul Anshar kala itu telah mampu menggelorakan semangat jihad seluruh radikalis dunia termasuk Indonesia.
- Abu Musab al Zarkawi. Tentu tidak ada orang yang tidak kenal nama ini. Pria kekar yang miskin yang lahir pada tanggal 20 Oktober 1956 ini bernama asli Ahmad Fadil Nazal Al Khalayla. Dalam catatan kriminal umum ia pernah dipenjara karena beberapa kasus kriminal. Selanjutnya ia berubah menjadi seorang relijius yang militan. Ia bahkan ikut membantu secara langsung mujahidin Afganistan dalam berperang melawan Rusia..
- Ahlam Aref Ahmad al-Tamimi. Ai adalah seorang wanita yang terlibat kasus bomb bunuh diri di restoran pitza Sbarro di Yerusalem 9 Agustus Walau kasusnya ditutup tahun 2003, tetapi Departemen Kehakiman AS membuka kembali kasus tersebut. Peristiwa tersebut menewaskan 15 dan melukai 120 orang tak berdosa.
Serangan Terkini: Mencabik Rasa Aman Yordania
Setelah situasi cukup aman selama beberapa tahun, ternyata singa-singa terorisme kembali mengaum. Yordania kembali mengalami serangan kelompok teroris. Kali ini terjadi di Fuheis dan Salt pada 10 Agustus 2018 kemaren. Sebuah serangan bom rakitan tiba-tiba menyerang patroli gabungan yang terdiri kepolisian umum (Public Security Department/PSD) dan kepolisian khusus (Gendarmerie Department) yang sedang mengamankan kegiatan Fuheis Festival. Kejadian tersebut diklaim oleh pemerintah dilakukan oleh kelompok teroris. Dalam kejadian itu seorang polisi gendarmerie tewas, 4 orang polisi lainnya mengalami luka-luka termasuk 2 warga sipil Yordania.
Tidak hanya itu, pada hari Sabtu 11 Agustus 2018 pihak aparat keamanan Yordania melakukan operasi gabungan bersenjata untuk memburu terduga pelaku serangan di Fuheis yang bersembunyi di salah satu gedung/apartemen di wilayah Nagb Al Dabbour, Salt (sekitar 25 km barat-laut dari Amman). Akibat tidak mengindahkan seruan menyerah, terjadi tembak- menembak antara aparat dan kelompok teroris. Alih-alih mau menyerah, teroris malah meledakkan gedung tempat persembunyian mereka. Mereka ternyata juga telah memasang bahan peledak. Sebagian dari gedung apartemen tersebut ambruk. Akibatnya, 4 orang aparat keamanan gugur, 3 teroris tewas dan 5 dapat ditangkap. Lebih dari 20 orang cedera termasuk di antaranya warga sipil Nagb Al Dabbour, Salt.
Menteri Negara urusan Media atau Juru Bicara Pemerintah Yordania, Jumana Ghunaimat, memberi keterangan pers tentang jalannya opetasi. Selama operasi pada Sabtu hingga Minggu pagi masyarakat dilarang untuk menyebarkan rekaman video penyerangan di Salt termasuk menshared nama-nama korban luka. Menteri Dalam Negeri, Samir Mubaidin, dalam kunjungan ke TKP menegaskan bahwa serangan tersebut tidak boleh mengecilkan semangat aparat keamanan dalam menjalankan tugasnya melindungi masyarakat. Ia juga menekankan bahwa aparat keamanan harus bertekad untuk terus mengejar para kelompok teroris tersebut dan menjatuhkan hukuman seberat-beratnya.
Minggu 12 Agustus 2018, Raja Abdullah didampingi oleh Putra Mahkota Hussein bin Abdullah, memimpin rapat Dewan Kebijakan Nasional (NPC) di Istana Al Husseiniya. Raja menegaskan bahwa siapa pun yang berpikir untuk melukai negara ini harus bertanggungjawab dan akan mendapat hukuman yang setimpal. Keamanan Kerajaan dan keselamatan rakyat tidak akan pernah bisa ditawar dan dikompromikan. Teroris akan terus diperangi tanpa ampun dengan mengerahkan segala kekuatan yang ada. Raja juga menegaskan komitmennya untuk terus memerangi terorisme, walaupun harus memakan korban, karena terorisme akan berdampak kepada masyarakat baik di masa sekarang maupun masa depan.
Sementara itu Perdana Menteri Yordania, Omar Razzaz, saat melayat ke kediaman aparat keamanan yang gugur dalam baku tembak dengan kelompok teroris mengatakan bahwa mereka yang mengorbankan hidupnya demi melindungi negara akan diberkati dan mendapatkan tempat yang sangat terhormat di sisiNya. Perdana Menteri mengucapkan bela sungkawa yang mendalam kepada keluarga korban dan menegaskan bahwa persatuan nasional akan tegak berdiri di hadapan siapa saja yang berupaya untuk merusak keamanan negara. Ditegaskan pula bahwa Yordania dilindungi oleh aparat keamanan yang berani dan kuat serta mampu menyeret para teroris ke pengadilan.
Omar Razzaz juga menambahkan bahwa pemerintah berusaha untuk memberikan informasi yang paling akurat kepada publik untuk melindungi warga dan demi integritas penyelidikan. Masyarakat diminta untuk selalu merujuk ke sumber resmi pemerintah terkait perkembangan yang terjadi. Pemakaman para aparat yang gugur tersebut dilaksanakan di kota asal mereka yaitu Irbid, Maan, Ajloun dan Zarqa, dan dihadiri ribuan orang dari berbagai kalangan, termasuk pejabat pemerintah, aparat keamanan, tokoh masyarakat dan warga sipil.
Festival Fuheis merupakan event terbesar kedua di Jordan setelah festival Jerash, yang dihadiri sekitar 10.000-20.000 orang. Dalam acara tersebut, artis-artis temama di kawasan diundang untuk tampil menghibur masyarakat. Serangan kelompok teroris di Fuheis dan Salt merupakan aksi yang memakan korban cukup besar, setelah sebelumnya pada Desember 2016, aksi kelompok teroris di Karak mengakibatkan jatuhnya korban meninggal dunia lebih dari 10 orang, di mana 7 orang di antaranya adalah aparat keamanan. Bahkan, seorang turis asal Kanada turut menjadi korban pada peristiwa tersebut.
Demi keamanan warga sekitar, pemerintah Kota Salt sebagaimana disampaikan oleh Jubir pemerintah memutuskan untuk merubuhkan bangunan yang setengah hancur akibat diledakkan oleh kelompok teroris. Hal tersebut untuk menghindari resiko bangunan rubuh secara tiba-tiba dan mencederai warga. Pemerintah Yordania, melalui pernyataan Raja Abdullah dan PM Omar Razzaz kembali menegaskan bahwa Yordania akan selalu berada di garis terdepan dalam perang melawan terorisme dan ideologi radikal yang menargetkan hidup orang yang tidak bersalah.
Pelajaran untuk Indonesia
Apa yang terjadi di Yordania mengisyaratkan bahwa kita harus tidak boleh lengah sedikitpun. Tidak ada istilah garansi atau jaminan keamanan, kecuali kesiap-siagaan dan penerapan prinsip kehati-hatian. Disisi lain, pemetaan jaringan tentang kemungkinan sel-sel jaringan bermetamorfosa kembali di tengah masyarakat wajib dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan dengan selalu mengupdate data situasi.
Pendekatan keras dan penegakan hukum yang tegas dengan menggunakan koridor pentahapan dan SOP yang tidak bertentangan dengan norma hukum dan juga dengan prinsip penghormatan terhadap sendi hak azasi manusia harus secara konsekuen diaplikasikan. Hal ini penting untuk diperhatikan, kita harus sadar bahwa yang dihadapi dalam menangangi terorisme adalah segerombolan manusia idiologis yang tidak takut mati. Bahkan justru kematian atas nama syahid yang mereka cari dan mereka harapkan.
Namun di sisi yang lain, pendekatan lunak dalam bentuk kontra radikalisasi yang menyasar dan mentargetkan berbagai elemen masyarakat seperti; ulama, mahasiswa pelajar, cendekia dan organisasi massa (CSO) perlu ditingkatkan. Termasuk di antaranya penggunaan mantan teroris dalam kegiatan deradikalisasi terhadap napi, mantan napi sebagai tenaga inti dalam program deradikalisasi. Terpenting juga, narasi-narasi kedamaian perlu dilaksanakan dengan model massive sharing kepada masyarakat dengan melalui blogers, generasi muda, dan duta damai yang sudah tergelar.
Belajar dari kasus kekinian di Yordania, maka peran leader untuk menyemangati anak buah yang bekerja sangat dibutuhkan. Termasuk di antaranya keteladanan sangatlah diperlukan. Kehadiran Raja, Perdana Menteri, Menteri menteri Yordania di TKP adalah bentuk keteladanan untuk pendorong semangat, serta menumbuhkan perasaan empati kepada petugas adalah bagian dari CT itu sendiri. Ketegasan untuk tidak takut melawan terorisme dari pemerintah menjadi pemantik simpati masyarakat untuk mendukung berbagai kebijakan melawan terorisme.
Semoga bermanfaat.