Pekikan Bung Karno yang meminta cukup diberi 10 pemuda saja untuk menggoncang dunia tentu masih mengiang di telinga kita semua. Bung Karno tentu tidak sedang membual kala itu, di matanya pemuda lebih dari sekedar harapan di masa mendatang, tetapi juga keyakinan akan sebuah perubahan. Meski kita semua tentu masih ragu untuk menentukan pemuda macam apa yang diminta oleh si bapak proklamator itu hingga ia yakin bisa mengguncang dunia dengan jumlah 10 saja.
Jika menengok apa yang terjadi saat ini, mungkin 10 terlalu sedikit. Apalagi jika melihat pada fakta bahwa tidak sedikit pemuda yang justru malah gandrung pada paham dan kelompok-kelompok pengusung kekerasan. Beberapa bahkan telah terjerembab dalam pemikiran dan aksi terorisme. Akhirnya, alih-alih bahu-membahu mempersiapkan diri untuk kehidupan yang lebih baik, para pemuda itu malah lebih tertarik untuk menjadi pelaku bom bunuh diri yang mungkin menurutnya lebih menarik. Data di BNPT menunjukkan bahwa para pelaku bom bunuh diri Indonesia hampir selalu dilakukan oleh orang-orang yang masih muda; rata-rata berusia antara 20-30 tahun!
Tentu ini adalah sebuah ironi bersama, pemuda yang seharusnya sibuk dengan gagasan-gagasan besar dan cita-cita agung justru terperosok dalam pemahaman-pemahaman yang salah dan jelas bikin susah. Ini belum termasuk dengan pemuda yang masih saja repot dengan kenakalan-kenakalan ‘khas’ remaja yang seolah tidak ada ujungnya.
Jadi, beneran nih cuma butuh 10 pemuda? Bisa jadi. Bung Karno tampaknya percaya betul pada potensi pemuda. Paling tidak pemuda masih punya masa depan panjang untuk diperjuangkan, masa depan yang terlalu sayang untuk begitu saja ditenggelamkan dalam kesia-siaan.
Sebuah kata bijak pernah mengatakan, Jadilah apa saja mumpung masih muda. Ya, anda tidak salah membacanya, jadilah apa saja, apa saja! Mungkin dalam prosesnya nanti akan ada kesalahan di sana-sini yang terjadi, namun pemuda masih punya banyak waktu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut untuk kemudian menjadi ‘apa saja’ yang mereka mau.
Bung Karno juga tampaknya tidak terlalu ambil pusing dengan ‘apa saja’ jenis pemuda yang akan ia dapat, selama mereka benar-benar pemuda, jadi!
Pemuda yang benar-benar muda tentu mengerti bahwa jalan mereka masih panjang, karenanya mereka akan selalu disibukkan dengan berbagai hal positif yang dijadikan bekal untuk mengarungi perjalanan panjang itu; ugal-ugalan tidak pernah masuk dalam pilihan.
Bahwa ada banyak pemuda yang ugal-ugalan memang iya, namun jangan lupa, kita juga memiliki banyak sekali pemuda yang kreatif dan menyibukkan diri untuk hal-hal positif. Tahun lalu saya berkesempatan untuk keliling Indonesia menjumpai pemuda-pemuda di pojok-pojok negeri, dan dengan mata kepala sendiri saya menyaksikan betapa pemuda yang cinta dan bergerak untuk perdamaian jumlahnya jauh lebih banyak. Mereka bahkan tidak hanya menyuarakan perdamaian di daerahnya masing-masing, karena melalui berbagai komunitas yang mereka miliki, suara dan semangat mereka menggema di mana-mana.
Tidak bisa dipungkiri lagi, dunia maya telah menjadi salah satu ‘corong’ utama bagi pemuda untuk menyuarakan pikiran dan gagasan-gagasan besarnya. Hal ini tentu sang pas dengan kondisi nyata dunia maya kita dimana tidak jarang kita jumpai banyak sampah bertebaran di sana; sampah-sampah itu berbentuk ujaran kebencian, ajakan untuk melakukan kekerasan dan kebohongan-kebohongan yang ditujukan untuk menyemai permusuhan.
Untungnya, pemuda kita cukup kreatif dan cenderung tahan banting. Perlawanan terhadap teror di Thamrin beberapa waktu yang lalu misalnya, membuktikan bahwa pemuda kita bisa melakukan perlawanan dengan cara-cara yang mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya; melawan teror dengan humor! Tebaran meme-meme lucu di dunia maya rupanya efektif untuk berhasil menyadarkan masyarakat bahwa kita jauh lebih kuat. Hasilnya? Masyarakat tidak lagi takut dengan para begundal itu.
Tentu contoh di atas hanyalah satu dari sekian banyak hal positif lain yang dilakukan anak-anak muda kita yang beneran muda. Perkara muda ini tentu bukan saja terbatas pada usia, tetapi lebih dari itu, muda adalah tentang pola pikir dan sikap diri. Tidak peduli apapun kondisinya, selama kita percaya bahwa hidup kita berharga dan berguna, kita muda. Sebaliknya, meskipun masih berusia belia namun jika kepala hanya dipenuhi dengan pikiran jorok tentang kekerasan terhadap sesama, mereka sudah tidak lagi muda.
Melihat trend positif ini, kita tentu bisa sedikit lebih tenang. Wanti-wanti Bung Karno tentang perjuangan kita di masa sekarang yang akan lebih sulit karena melawan bagian bangsa sendiri sepertinya juga akan lebih mudah diatasi. Kita percaya bahwa pemuda kita selalu bisa menemukan cara untuk mengatasi ancaman bangsa. Kita percaya Indonesia akan lebih baik kedepannya, karena negeri ini dijaga oleh para pemuda.